Saturday, 14 February 2015

Latif dan Fathir

Hari sudah gelap, jama'ah maghrib sudah berpulangan dari mesjid pasca shalat berjam'ah. Ku berjalan dengan tenang hingga tiba di pertigaan jalan. Perhatianku tersita oleh dua orang kakak beradik yang dengan gembira duduk di tepi sebuah toko yang telah tutup. Sepertinya keduanya akan beranjak pergi. Namun ada satu benda yang membuatku penasaran. Sang kakak (telihat dari postur badannya yang lebih tinggi, kuterka umurnya mungkin sekitar 7-9 tahun) membawa semacam baskom berdiameter 50 cm diatas kepalanya. Didorong rasa penasaran, kutanyakanlah apa yang sang kakak bawa. Ternyata sebaskom penuh gorengan. Terdiam aku sesaat. Dalam diamku, kecoba mengingat apa yang kulakukan ketika seumuran mereka. Berbeda. 

Kemudian aku berbasa-basi menanyakan nama mereka, Latif sang kakak, dan Fathir sang adik. Ketika sang adik mengucapkan nama dirinya dengan sedikit berusaha menyebutkan huruf "r", membuat senyumku terkembang. Setelah bertanya nama, karena ketika itu hanya membawa sedikit uang, aku berencana membeli 2 buah gorengannya dengan 2 lembar uang 2 ribu. Lalu sang kakak berkata, harga gorengannya hanya seribu rupiah. Ya, hanya seribu rupiah. Jadilah aku membawa pulang 4 gorengan. Tiga buah combro dan satu buah goreng pisang, dalam plastik transparan berwarna biru. Gorengan buatan ibu mereka yang dijual hanya seribu rupiah.

Dalam perjalananku pulang menuju kost, kucoba renungi pertemuan singkat kami. Ketika itu sudah malam, dan kedua kakak beradik ini masih berjualan gorengan, yang ketika itu masih banyak gorengan yang sepertinya belum terjual, padahal ketika itu gorengannya sudah cukup dingin. Di umur mereka yang masih sangat belia, mereka sudah harus menjual gorengan di jalan-jalan sedangkan diriku masih meminta uang bulanan kepada orangtua. Cerita masa kecilku pun rasanya tidak setegar mereka yang rela waktu malamnya yang seharusnya dipergunakan untuk beristirahat, malah harus digantikan dengan kegiatan berjualan, dengan tetap riang dan tersenyum bahagia ketika ada yang membeli dagangan mereka, walau hanya terjual 4 ribu rupiah.

Semoga dagangan mereka habis, semoga Allah mempermurah rezeki mereka. Mungkin hanya doa yang kini bisa kuberikan untuk kedua kakak beradik itu. Semoga Allah meridhoi apa yang mereka lakukan dan memberikan kesejahteraan untuk keluarga mereka, sehingga mereka tidak perlu lagi berjualan di jalan. Aamiin.

Status FB pada tanggal 3 Januari 2014

0 comments:

Post a Comment