Hari sudah gelap, jama'ah maghrib sudah
berpulangan dari mesjid pasca shalat berjam'ah. Ku berjalan dengan
tenang hingga tiba di pertigaan jalan. Perhatianku tersita oleh dua
orang kakak beradik yang dengan gembira duduk di tepi sebuah toko yang
telah tutup. Sepertinya keduanya akan beranjak pergi. Namun ada satu
benda yang membuatku penasaran. Sang kakak (telihat dari postur badannya
yang lebih tinggi, kuterka umurnya mungkin sekitar 7-9 tahun) membawa
semacam baskom berdiameter 50 cm diatas
kepalanya. Didorong rasa penasaran, kutanyakanlah apa yang sang kakak
bawa. Ternyata sebaskom penuh gorengan. Terdiam aku sesaat. Dalam
diamku, kecoba mengingat apa yang kulakukan ketika seumuran mereka.
Berbeda.
Kemudian aku berbasa-basi menanyakan nama mereka, Latif sang
kakak, dan Fathir sang adik. Ketika sang adik mengucapkan nama dirinya
dengan sedikit berusaha menyebutkan huruf "r", membuat senyumku
terkembang. Setelah bertanya nama, karena ketika itu hanya membawa
sedikit uang, aku berencana membeli 2 buah gorengannya dengan 2 lembar
uang 2 ribu. Lalu sang kakak berkata, harga gorengannya hanya seribu
rupiah. Ya, hanya seribu rupiah. Jadilah aku membawa pulang 4 gorengan. Tiga buah combro dan satu buah goreng pisang, dalam plastik transparan berwarna biru. Gorengan buatan ibu mereka yang dijual hanya seribu rupiah.
Dalam perjalananku pulang menuju kost, kucoba renungi pertemuan singkat
kami. Ketika itu sudah malam, dan kedua kakak beradik ini masih
berjualan gorengan, yang ketika itu masih banyak gorengan yang
sepertinya belum terjual, padahal ketika itu gorengannya sudah cukup
dingin. Di umur mereka yang masih sangat belia, mereka sudah harus
menjual gorengan di jalan-jalan sedangkan diriku masih meminta uang
bulanan kepada orangtua. Cerita masa kecilku pun rasanya tidak setegar
mereka yang rela waktu malamnya yang seharusnya dipergunakan untuk
beristirahat, malah harus digantikan dengan kegiatan berjualan, dengan
tetap riang dan tersenyum bahagia ketika ada yang membeli dagangan
mereka, walau hanya terjual 4 ribu rupiah.
Semoga dagangan mereka habis, semoga Allah mempermurah rezeki mereka. Mungkin hanya doa yang kini bisa kuberikan untuk kedua kakak beradik itu. Semoga Allah meridhoi apa yang mereka lakukan dan memberikan kesejahteraan untuk keluarga mereka, sehingga mereka tidak perlu lagi berjualan di jalan. Aamiin.
Semoga dagangan mereka habis, semoga Allah mempermurah rezeki mereka. Mungkin hanya doa yang kini bisa kuberikan untuk kedua kakak beradik itu. Semoga Allah meridhoi apa yang mereka lakukan dan memberikan kesejahteraan untuk keluarga mereka, sehingga mereka tidak perlu lagi berjualan di jalan. Aamiin.
Status FB pada tanggal 3 Januari 2014
0 comments:
Post a Comment