Friday, 13 February 2015

Dinginnya Puncak Talang, Hangatnya Kebersamaan

Cerita ini saya ambil dari buku catatan perjalanan pribadi milik saya, dengan beberapa perubahan. Selamat menikmati ;)


 ***

Allahu akbar! Dua hari yang luar biasa. Dua hari perjalanan tujuh jomblo berpetualang menikmati alam ciptaan-Nya yang agung. Tujuh orang tersebut, 5 orang mahasiswa FK muda yaitu saya sendiri, kemudian Bang Fauzul, Prima, Adnan, dan Aji, Lalu satu-satunya mahasiswa FK tua yang ikut dalam rombongan, ketua dari grup sosialita, bang dr. Panji Andhika (ketika cerita ini ditulis, doi masih Sarjana Kedokteran alias S. Ked, hehehe), serta seorang tentara muda yang berpangkat Sersan, yang Allah takdirkan bertemu dengan kami di Masjid Raya Bukit Sileh. Bang Suwardi namanya. Ini adalah pendakian perdana yang saya lakukan, dan gunung pertama yang saya jajaki ini adalah Gunung Talang, yang terkenal dengan view 3 danaunya.

Dari 29 buah jumlah gunung yang ada di Sumatra Barat, hanya 7 yang memang lazim dilakukan pendakian, dan Gunung Talang merupakan satu diantaranya, selain Gunung Marapi, Gunung Sago, Gunung Pasaman, Gunung Singgalang, Gunung Tandikek, dan Gunung Talamau. Gunung Talang sendiri terletak di Kabupaten Solok, sekitar 9 km dari kota Arosuka, ibukota Kabupaten Solok. Pendakian bisa melalui Bukit Sileh (rute yang kami lewati) atau Alahan Panjang yang cenderung lebih landai namun waktu tempuhnya lebih lama. Gunung Talang memiliki ketinggian 2.597 mdpl. Status Gunung Talang sendiri masih termasuk gunung berapi yang aktif, dan menurut Om Google, terakhir Gunung Talang meletus pada tanggal 11 April 2005. Alhamdulillah perjalanan kami ke Gunung Talang berlangsung aman dan kami pulang dalam keadaan selamat dan bahagia.

Seperti wacana kebanyakan, acara pendakian Gunung Talang ini hampir tidak berjalanan, karena minimnya konfirmasi dari calon peserta pendakian. Saya pun berinisiatif untuk membuat grup Line dengan nama grup: “Talang, here we go!” Secercah harapan pun muncul. Dari 7 orang calon peserta yang di-invite ke dalam grup tersebut, 2 orang batal bergabung. Dan bang Fauzul bergabung berama kami di saat-saat last minute, hanya dari percakapan telpon. Jika saja ketika itu bang Fauzul tidak ikut, entah bagaimana nasib kami 5 orang awam yang mencoba peruntungan mendaki gunung untuk pertama kalinya, haha. Allah selalu memberikan skenario yang terbaik untuk hambaNya J. Dengan segala persiapan yang hectic, kami berbagi tugas mencari perlengkapan yang dibutuhkan. Saya mencari minyak tanah 1,5 L, lalu bersama Prima mencari tenda, Aji membeli kompor lapangan dan parafin, bang Fauzul membawa rantang untuk masak dan tentunya barang pribadi yang disiapkan individual. Saya juga meminjam 2 buah carrier (milik Bone dan Fauzul 2011), satu untuk saya dan satu untuk Adnan.

Berangkatlah kami berenam, dengan 4 motor, menuju ke arah Solok, melewati Indarung, menempuh waktu kurang lebih 2,5 jam. Perjalanan yang cukup melelahkan dan membuat bagian tubuh bawah sampai tungkai kesemutan karena posisi yang statis di atas motor. Beruntung bang Fauzul memiliki teman yang tinggal di kaki Gunung Talang. Kami sempatkan bertamu sekitar pukul 17.00 ke rumah teman bang Fauzul tersebut, bang Ilyas namanya. Abang Ilyas ini sangat Islami, dan ketika kami bertamu, bang Ilyas datang bersepeda. Tahu dari mana abang tersebut bersepeda? Dari Padang! Abang Ilyas bercerita waktu yang ditempuh untuk bersepeda kurang lebih 10 jam. Allahu akbar. Saya sendiri hanya bisa kagum. Keluarganya juga dengan hangat menjamu kami, sejenak kami beristirahat meregangkan otot-otot tubuh kami yang kaku karena lama di atas motor, sambil bercengkrama dengan keluarga Bang Ilyas. Kemudian sekitar pukul 17.40 kami pamit dan melanjutkan perjalanan kami.

Bersama keluarga Bang Ilyas

Setibanya di Bukit Sileh, kami sempatkan berfoto dengan latar Gunung Talang, sebagai target pendakian kami kali ini. Kami tunaikan salat Magrib bersama penduduk, lalu menyambungnya dengan salat Isya, di Masjid Raya Bukit Sileh. Di Masjid Raya ini lah kami bertemu dengan Sersan Suwardi. Setelah berbincang-bincang beberapa saat, kami dan Sersan Suwardi pun bersepakat untuk mendaki bersama. Sersan Suwardi pergi sebentar mengambil barang-barangnya, dan beliau datang dengan bermodalkan tas hitam, topi, dan pakaian loreng khas TNI lengkap dengan sepatu boot-nya. Kami parkir motor-motor kami di dekat Musola, dan kami mulai pendakian kami, tepat pukul 20.00. Pendakian malam hari, dengan parang ditangan, bang Fauzul sebagai leader memimpin pendakian kami ini. Sempat kami tersasar, karena memang sepanjang rute pendakian, vegetasi di kiri dan kanan jalan dipenuhi dengan pohon-pohon besar dan ilalang yang tinggi. Sehingga memang tidak terlalu nampak view kota Solok selama pendakian awal.

Sesaat sebelum pendakian
Gunung Talang dari kejauhan
















Kemah kami
Benar-benar pendakian malam yang panjang dan menegangkan (karena memang jangkauan penglihatan yang terbatas, walau masing-masing orang sudah memegang senter). Dengan penuh warna dan lika-liku, kami pun berhasil mendirikan tenda 5 jam dari start! Sersan Suwardi tidak menunjukkan tanda-tanda letih sedikit pun. Berkeringat pun tidak. Luar biasa, masyaaAllah. Memang kami dan Sersan berada dalam level yang jauh berbeda. Kurang lebih sekitar jam 01.00 kami mulai berkemah. Masih ada sinyal di daerah ini, tentu saya manfaatkan untuk update status, hahaha. Kami berbagi tugas untuk mendirikan tenda, masak, serta membuat api unggun. Cuaca di atas memang sangat dingin. Karena kami hanya membawa 1 tenda, sehingga kami membagi shift untuk tidur, tiap jam bergantian. Beberapa dari kami menyempatkan untuk membaca Alquran. Setiap lantunan yang diperdengarkan memberikan kehangatan bagi diri. Kami juga sempatkan berbincang-bincang hangat ketika shift jaga kami diselimuti hawa dingin Pintu Cadas tempat kami berkemah.

Setelah shift jaga terakhir, yang menandakan hari sudah pagi, teman-teman membangunkan kami yang sedang terlelap. Sekitar pukul 05.00, setelah kami menunaikan salat Subuh, maka kami bersiap-siap untuk mendaki menuju puncak. Semua barang-barang ditinggalkan di tenda, kami membawa barang seperlunya, dan saya sendiri membawa Alquran, P3K, snack, dan tentunya, buku untuk menuliskan kisah perjalanan ini XD. Kami mendaki jalan terjal berbatu cadas. Kami membutuhkan waktu 1 jam untuk mencapai puncak. Alhamdulillah, energi yang terkuras selama perjalanan, semua terbayar dengan pemandangan yang mengagumkan dari Puncak Gunung Talang! Sambil menunggu sunrise, kami sempatkan berfoto dengan latar 3 danau, foto dengan tema “negeri di atas awan”, dan banyak lagi. Setelah sunrise muncul, kami abadikan momen indah tersebut, dan menyempatkan diri untuk selfie dengan tongsis yang dibawa oleh Bang Panji =D.
View 3 Danau, 3 Puncak Gunung
Negeri di atas awan















Sunrise. Model: Randi Aji

Boyband Gunung Talang
Saat momen teman-teman berfoto, saat itu saya sedang menuliskan catatan perjalanan ini dengan tangan yang seolah mati rasa karena begitu dinginnya di puncak. Jika membaca tulisan asli cerita ini, maka akan kalian dapati tulisan saya yang sangat jelek, karena memang sulit sekali menulisnya ketika itu, hahaha. Kami juga menyusuri jalur trekking di puncak itu, dan menemukan berbagai view pepohonan kering, celah bebatuan yang mengeluarkan asap belerang, juga Taman Edelweiss (waktu menulis ini, saya belum tahu jika lokasi tersebut adalah Taman Edelweiss hehe). Pengalaman saya dengan Edelweiss juga dapat dibaca di catatan perjalanan saya yang lain, dalam Ekspedisi Marapi setelah Ekspedisi Talang ini. Ohiya, saya juga menyempatkan tilawah Alquran di Puncak Gunung Talang ini, dan itu pengalaman membahagiakan :).

Bunga Edelweiss yang belum mekar






Kepulan asap belerang di tengah Taman Edelweiss
Celah belerang. Model: Penulis & Sersan Suwardi



Walau badan kami seluruhnya menggigil karena cuaca yang begitu dingin, hal tersebut bukan menjadi penghalang bagi kami untuk bersenda gurau, berfoto, dan mengeksplorasi Puncak Gunung Talang. Firman Allah dalam Surat Al Mulk ayat 16: “Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezeki-Nya.” Kebersamaan yang singkat dengan keluarga Bang Ilyas, Sersan Suwardi, dan teman-teman lain dalam 2 hari ini begitu membekas di hati. Ketangguhan Sersan Suwardi yang dapat kita jadikan teladan dalam hal ketangguhan fisik, kesederhanaan dan keramahan bang Ilyas dan keluarga dalam menjamu kami meskipun kami merupakan “orang asing” bagi mereka. Kebersamaan yang menghangatkan. Really a beautiful moment to remember :).

Wallahu ‘alam bishshawab
Puncak Gunung Talang, 30 Mei 2014

0 comments:

Post a Comment