|
Edelweiss Flower, The Everlasting Flower |
Kalian tahu bunga Edelweiss? Jika berbicara tentang Edelweiss, ada
dua jenis bunga yang sama-sama disebut Edelweiss. Edelweiss Eropa dengan
nama latin Leontopodium alpinum, dan Edelweiss Jawa.
Dan dalam tulisan ini, saya akan sedikit bercerita mengenai Edelweiss
Jawa. Bunga yang masih termasuk dalam famili bunga matahari ini,
memiliki nama latin Anaphalis javanica. Dikenal
sebagai “Bunga Abadi”, bunga putih yang hanya hidup di area pegunungan
pada ketinggian >2000 mdpl termasuk spesies tumbuhan yang
dilindungi. Lalu apa istimewanya bunga Edelweiss ini?
***
Jumat,
9 Januari 2014, adalah hari terakhir ujian blok X.3. Untuk kami yang
angkatan 2011, kegiatan blok kami berakhir sehari sebelumnya. Alhamdulillah,
hari terakhir penulis menjalani perkuliahan preklinik (dengan skripsi
yang menanti untuk diselesaikan…). Pada hari tersebut, kami, sekumpulan
pemuda single nan rupawan, berdiskusi di dalam Masjid Dawa’ul Ilmi membahas masalah tenda, perlengkapan, hingga medical kit sebagai
persiapan untuk mendaki. Ya, kami berencana untuk mendaki Puncak
Marapi, sebagai pelepas penat pasca ujian blok, terkhusus diriku, yang
memang senang dengan aktivitas alam seperti pendakian ini. Kami itu,
Bang Imadie angkatan 2010, aku, Cuytio, Fadhel, dan Zoelbazzray angkatan
2011, Zoelherman, Randi Aji, Ipul, Adnan, dan Wayuy angkatan 2012.
Diskusi selesai, kami pulang dengan catatan pembagian tugas yang perlu
dicari dan list kendaraan yang akan membawa kami kesana. 1
mobil dan 3 motor. Keesokannya kami melengkapi persiapan yang dibutuhkan
dan melakukan gladi pendirian tenda untuk memperkirakan waktu dan luas
tempat yang diperlukan. Dan kami harus kembali lagi besoknya tepat pukul
07.00, harus ONTIME, kata ketua perjalanan kami.
|
10 pemuda single nan rupawan |
Hari keberangkatan! Tapi ternyata budaya
jam karet masih berlaku,
hahaha. Alih-alih kumpul pukul 07.00, keberangkatan kami
molor 3 jam, dan akhirnya kami sampai di
Tower tempat memarkir kendaraan kami dan memulai pendakian sekitar pukul 14.40. Dari
Tower,
kami menuju pos pesanggrahan setelah sebelumnya melewati pos jaga. Kami
sempatkan mengambil gambar plang bertuliskan KM 4, yang kami asumsikan
itu jarak yang tersisa yang perlu kami tempuh. Dan ternyata kudapatkan
suatu fakta yang baru diketahui saat penurunan kembali (setelah
diberitahu Fadhel), bahwa KM 4, KM 3, dan seterusnya, hanya
menggambarkan perpindahan dari titik satu ke titik lainnya! Iya,
perpindahan. Perpindahan yang temannya jarak itu
lho yang dibahas dalam cabang dari mekanika klasik, yaitu kinematika.
Which means, jarak yang kami tempuh ternyata lebih jauh dari plang-plang penanda KM tersebut. Dan aku tertipu.
Hahaha.
Setelah melewati medan yang penuh liku dan banyak tempat pendakian yang
curam dan melelahkan, mata kami dimanjakan dengan indahnya cahaya
jingga yang berlatarkan siluet gunung dengan kelabunya awan dan segaris
warna biru langit, merangkai suatu fenomena yang kita sebut ‘
sunset’.
MasyaaAllah.
|
Sunset di Gunung Talang |
Sesampainya
di daerah cadas, kami mengeksplorasi daerah ini untuk menentukan di
titik mana kami dapat berkemah, lalu kami berbagi tugas untuk menegakkan
dua buah tenda dan menyalakan api unggun. Setelah makan malam, kami
kembali ke tenda masing-masing dan melakukan berbagai macam hal konyol
didalam tenda, menunggu rasa kantuk menyelimuti bagian
Reticular Activating System di batang otak
sehingga
kami dapat bermimpi indah. Dan tentunya dengan penuh penantian dalam
hati akan dapat menaklukkan Puncak Marapi esoknya dan menjelajahi Taman
Bunga Edelweiss yang berada dibalik puncak tersebut. Semoga cuaca besok
bersahabat, harap kami kepada Yang Maha Mendengar. Keesokannya, doa kami
terkabul! Alhamdulillah, cuaca sangat bersahabat, bahkan hingga kami
sampai kembali ke rumah masing-masing :).
Perjalanan menempuh batu-batu cadas yang curam dan terjal pun dimulai. Tas kecil dipinggang,
carrier disandang,
sarung tangan terpasang. Botol-botol minuman 1.5 L yang kosong sengaja
kami bawa untuk melakukan pengisian di sumber air yang ada di daerah
puncak. Dimulai sekitar pukul 06.30, sekitar pukul 07.10 kami berhasil
naik sampai daerah lapangan yang sangat luas dimana terdapat bendera
merah putih berkibar dengan gagahnya, ditengah terpaan angin yang sangat
kencang berhembus. Sebuah kebanggaan dapat berdiri tegak dengan sikap
hormat mengarah kepada Sang Saka Merah Putih di ketinggian >2.500 m
dpl. Lalu kami melanjutkan perjalanan kami menempuh butiran-butiran debu
yang diterbangkan oleh angin kencang tersebut. Walaupun hanya butiran
debu, ketika Allah mengizinkan, ternyata butiran tersebut dapat membuat
air mata ini tertetes karena rasa perih.
Saat di
perjalanan, ketika sudah mendekati puncak, kami menemukan kawah Marapi
yang di sisi seberang sana mengeluarkan gas putih dan memancing rasa
penasaran. Kupinjam
handphone Bang Imadie, dan seorang diri
kucoba menuruni daerah kawah tersebut. Cukup sulit, karena pijakannya
yang menurun dan terdiri dari batu-batu kecil yang tidak stabil ketika
dipijak. Beruntung beberapa gambar dalam kawah tersebut berhasil
kuabadikan dalam
handphone Bang Imadie. Kawah yang dekat dari
sisi kami tidak menunjukkan tanda-tanda kawah aktif, mungkin kawah di
sisi lainnya yang mengeluarkan gas itu yang aktif. Sayang diriku tidak
berhasil mengintip keseluruhan isi kawah tersebut. Sesaat setelahnya,
sekitar pukul 07.30, Puncak Marapi sudah terjangkau oleh mata kami!
Untuk mengabadikan detik-detik penaklukan Puncak Marapi ini, Bang Imadie
dan diriku berinisiatif untuk merekam momen yang kami nantikan ini. 3..
2.. 1..
Allahu akbar! Kami berhasil menaklukkan Puncak Marapi!
Puncak Prapati, tepatnya (karena ada dua puncak disini, Puncak Prapati
dan Puncak Garuda).
|
Puncak Prapati Gunung Marapi |
|
Puncak Garuda Gunung Marapi. Model: Zoelbazzray |
|
Salam cinta dari ketinggian 2.981 mdpl |
Setiba di puncak, tentu kami mengabadikan banyak momen disana. Seperti
view Gunung
Singgalang dari Puncak Marapi, Danau Singkarak, dan kami juga
menyempatkan untuk membuat video pesan singkat untuk keluarga tercinta.
Setelahnya kami beranjak menuju
checkpoint selanjutnya. Taman
Bunga Edelweiss. Menempuh jalur yang menurun dan (masih) dengan angin
yang berhembus kencang. Kami terbagi menjadi 2 kelompok. Kelompok
pertama sudah tiba di Taman Bunga Edelweiss selagi kami masih di Puncak
Prapati. Karena itulah kami sempat berhenti sejenak karena tidak tahu
rute mana yang harus diambil. Area setelah puncak ini memang luas
sekali. Beruntung ada pendaki lain yang datang setelah kami menunjukkan
arah jalan yang benar. Dan kami pun menyusuri jalan menurun ini kurang
lebih 45 menit dari Puncak Prapati. Setelah Puncak Prapati tadi, rasa
lelah kami juga akan terbayar di Taman Bunga Edelweiss ini.
|
Taman Bunga Edelweiss. Model: Cipul |
Taman
Bunga Edelweiss! Ribuan bunga terhampar mendesak tepian-tepian jurang.
Taman yang dipisahkan oleh 2 tebing yang cekungan dibawahnya membentuk
mata air ini, memperlihatkan perpaduan warna tangkai hijau tinggi dengan
bunga putih serta warna khas abu dan pasir gunung yang indah.
Kusempatkan menulis penggalan ceritaku di daerah mata air diantara dua
tebing yang agak kering, sambil merenungkan kemampuan hidup “bunga
abadi” yang luar biasa ini. Kenapa disebut bunga abadi? Karena usia
bunga ini dapat mencapai 100 tahun! Bunga Edelweiss adalah tumbuhan
pionir yang mampu hidup dalam lingkungan tandus tanah vulkanik muda di
daerah pegunungan. Ia dapat tumbuh di daerah yang sangat panas didekat
kawah maupun daerah berangin kencang seperti di tebing, berkat akarnya
yang kokoh menghujam bumi. Bunganya sangat disukai oleh berbagai macam
serangga, akarnya jika cukup kuat dapat dijadikan tempat bersarangnya
burung Myophonus glaucinus. Memberikan kebermanfaatan bagi
sekitar, walaupun hidup ditengah lingkungan yang sulit dan keras. Ribuan
pendaki bersusah payah datang setiap tahunnya untuk melihat bunga ini.
Walau banyak oknum yang coba membahayakan keberadaan spesies ini, tidak
sedikit pihak yang ingin melestarikan dan menjaganya.
***
Bunga
Edelweiss. Dikenal sebagai “Bunga Abadi”, bunga putih yang hanya hidup
di area pegunungan pada ketinggian >2000 m dpl ini memberikan kita
banyak pelajaran berarti. Untuk dapat melihatnya dibutuhkan pengorbanan.
Memberikan kebermanfaatan bagi sekitar, walaupun hidup ditengah
lingkungan yang bukan zona nyaman diri. Mampu menjadi pionir dalam satu
usaha kebaikan, walau banyak tangan-tangan yang dapat membahayakan
dirinya karena kebaikan yang ada padanya. Sebaik-baik bunga yang
bermanfaat bagi yang lain, seolah mencontohkan kepada kita manusia
bagaimana cara memperlakukan orang lain. Bukankah Rasulullah saw. pernah
bersabda bahwa sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat
bagi manusia?
Wallahu a’lam bishshawab
Padang, 16 Januari 2015