Thursday, 26 February 2015

Thank God It's Friday!

Alhamdulillah, hari ini Hari Jumat. Hari raya umat Islam yang selalu berulang tiap pekannya. Hari dimana umat Islam melakukan syiar secara masif dan universal. Hari yang merupakan sebaik-baik hari. Dan pada hari ini, Allah memberikan rezeki kepada diriku melalui arah yang tiada kusangka. Seperti teman-teman tahu, hari ini adalah tanggal 27 Februari, satu hari menjelang tutup bulan. Dan permasalahan yang kuhadapi adalah permasalahan anak kost kebanyakan, kondisi keuanganku berada di titik nadir.. Hanya usaha penghematan dan doa yang menjadi andalan untuk menghadapi permasalahan tiap akhir bulan ini.


Gw terbangun pukul 01.00 dini hari, dan menyempatkan menonton siaran langsung UEFA European League (EL), menayangkan pertandingan klub favorit gw, Liverpool, menghadapi klub asal Turki, Besiktas. Dan ternyata keputusan gw untuk menonton laga ini adalah suatu keputusan yang tidak tepat, karena Liverpool harus tersingkir dari persaingan di piala UEFA ini melalui drama adu pinalti dan cukup membuat diri gw kehilangan mood. Untuk melupakan kekalahan itu, gw pun menyibukkan diri dengan bermain game cookie run dan menghabiskan waktu yang cukup lama. (ini paragraf penting abis ya buat diceritain :v)

Anggap saja paragraf di atas sebagai intermezzo, hahaha. Baik, kita lanjutkan lagi cerita berkah Jumat yang gw dapatkan kali ini. Karena mood diriku sedang tidak baik (biasa, sok-sokan die-hard fans, kalau timnya kalah, disitu kadang saya merasa sedih), akhirnya gw baru selesai beres-beres diri dan kamar sekitar jam 9 pagi (padahal dari jam 1 udah terbangun loh ._.). Karena uang di tangan hanya bersisa 3 ribu rupiah, gw berencana untuk men-jama’ makan pagi dengan makan siang, wkwkwk. Biasalah, anak kos. Usaha penghematan. Nah sesaat setelah mandi, ketika gw sedang memulai mengerjakan jurnal untuk di publish di Jurnal Kesehatan Andalas (akhirnya ada juga kerjaan positif yang gw lakukan walau mood gw lagi kurang baik hahaha), ada seseorang yang menelepon gw.

Ternyata sang penelepon adalah teman seangkatan nyokap gw! Tentu gw heran kenapa tiba-tiba beliau menelepon gw. Gw angkat teleponnya dan berbincang-bincang dengan beliau. Ternyata beliau bertanya-tanya mengenai rencana hidup dan kehidupan kuliah gw. Selesai berbicara, kami sudahi percakapan, dan gw lanjutkan kerjaan gw. Namun beberapa saat kemudian, beliau menelepon lagi. Ternyata beliau sedang berada di Padang, dan berencana bertamu singkat ke kos gw.. Beliau menyampaikan ke gw tujuannya ke Padang untuk bertemu dengan Benny Wendry, Direktur Utama Semen Padang, setelah salat Jumat kembali ke Jakarta, dan besok sudah di Jogjakarta. Namanya juga bussinessman, haha.

Beliau pun datang ke kost gw dan kami berbincang-bincang sebentar. Beliau meminta izin untuk memfoto kondisi kamar kos gw, mungkin untuk live report ke ibu gw wkwkwk. Beliau pun pamit, dan sejurus kemudian dengan cepat tangan beliau menjabat tangan gw, dengan lembaran-lembaran biru yang ada padanya mendarat dengan indah di tangan gw. MasyaaAllah. Ini mungkin yang disebut orang “salam tempel”. Setelah bersalaman, ada yang menempel.

Beliau pun beranjak pergi, meninggalkan gw dengan rasa kaget dan senang bercampur menjadi satu. Alhamdulillah. Benarlah memang doa itu adalah senjata. Dan yang lebih istimewa, doa anak kos di akhir bulan pada hari Jumat, datang secara random dan memang benar-benar tidak disangka. Siapa menyangka ternyata teman ibu datang ke kos untuk bertamu dan menyisihkan sebagian rezekinya untuk anak kos yang masih jomblo ini di penghujung bulan? Berkah Jumat. Thank God It’s Friday :)

Monday, 16 February 2015

Memetik Hikmah dari Bunga Edelweiss, Pemanis Kisah Penjelajahan Puncak Marapi

Edelweiss Flower, The Everlasting Flower
Kalian tahu bunga Edelweiss? Jika berbicara tentang Edelweiss, ada dua jenis bunga yang sama-sama disebut Edelweiss. Edelweiss Eropa dengan nama latin Leontopodium alpinum, dan Edelweiss Jawa. Dan dalam tulisan ini, saya akan sedikit bercerita mengenai Edelweiss Jawa. Bunga yang masih termasuk dalam famili bunga matahari ini, memiliki nama latin Anaphalis javanica. Dikenal sebagai “Bunga Abadi”, bunga putih yang hanya hidup di area pegunungan pada ketinggian >2000 mdpl termasuk spesies tumbuhan yang dilindungi. Lalu apa istimewanya bunga Edelweiss ini?

***

Jumat, 9 Januari 2014, adalah hari terakhir ujian blok X.3. Untuk kami yang angkatan 2011, kegiatan blok kami berakhir sehari sebelumnya. Alhamdulillah, hari terakhir penulis menjalani perkuliahan preklinik (dengan skripsi yang menanti untuk diselesaikan…). Pada hari tersebut, kami, sekumpulan pemuda single nan rupawan, berdiskusi di dalam Masjid Dawa’ul Ilmi membahas masalah tenda, perlengkapan, hingga medical kit sebagai persiapan untuk mendaki. Ya, kami berencana untuk mendaki Puncak Marapi, sebagai pelepas penat pasca ujian blok, terkhusus diriku, yang memang senang dengan aktivitas alam seperti pendakian ini. Kami itu, Bang Imadie angkatan 2010, aku, Cuytio, Fadhel, dan Zoelbazzray angkatan 2011, Zoelherman, Randi Aji, Ipul, Adnan, dan Wayuy angkatan 2012. Diskusi selesai, kami pulang dengan catatan pembagian tugas yang perlu dicari dan list kendaraan yang akan membawa kami kesana. 1 mobil dan 3 motor. Keesokannya kami melengkapi persiapan yang dibutuhkan dan melakukan gladi pendirian tenda untuk memperkirakan waktu dan luas tempat yang diperlukan. Dan kami harus kembali lagi besoknya tepat pukul 07.00, harus ONTIME, kata ketua perjalanan kami.
10 pemuda single nan rupawan
Hari keberangkatan! Tapi ternyata budaya jam karet masih berlaku, hahaha. Alih-alih kumpul pukul 07.00, keberangkatan kami molor 3 jam, dan akhirnya kami sampai di Tower tempat memarkir kendaraan kami dan memulai pendakian sekitar pukul 14.40. Dari Tower, kami menuju pos pesanggrahan setelah sebelumnya melewati pos jaga. Kami sempatkan mengambil gambar plang bertuliskan KM 4, yang kami asumsikan itu jarak yang tersisa yang perlu kami tempuh. Dan ternyata kudapatkan suatu fakta yang baru diketahui saat penurunan kembali (setelah diberitahu Fadhel), bahwa KM 4, KM 3, dan seterusnya, hanya menggambarkan perpindahan dari titik satu ke titik lainnya! Iya, perpindahan. Perpindahan yang temannya jarak itu lho yang dibahas dalam cabang dari mekanika klasik, yaitu kinematika. Which means, jarak yang kami tempuh ternyata lebih jauh dari plang-plang penanda KM tersebut. Dan aku tertipu. Hahaha. Setelah melewati medan yang penuh liku dan banyak tempat pendakian yang curam dan melelahkan, mata kami dimanjakan dengan indahnya cahaya jingga yang berlatarkan siluet gunung dengan kelabunya awan dan segaris warna biru langit, merangkai suatu fenomena yang kita sebut ‘sunset’. MasyaaAllah.

Sunset di Gunung Talang
Sesampainya di daerah cadas, kami mengeksplorasi daerah ini untuk menentukan di titik mana kami dapat berkemah, lalu kami berbagi tugas untuk menegakkan dua buah tenda dan menyalakan api unggun. Setelah makan malam, kami kembali ke tenda masing-masing dan melakukan berbagai macam hal konyol didalam tenda, menunggu rasa kantuk menyelimuti bagian Reticular Activating System di batang otak sehingga kami dapat bermimpi indah. Dan tentunya dengan penuh penantian dalam hati akan dapat menaklukkan Puncak Marapi esoknya dan menjelajahi Taman Bunga Edelweiss yang berada dibalik puncak tersebut. Semoga cuaca besok bersahabat, harap kami kepada Yang Maha Mendengar. Keesokannya, doa kami terkabul! Alhamdulillah, cuaca sangat bersahabat, bahkan hingga kami sampai kembali ke rumah masing-masing :).

Perjalanan menempuh batu-batu cadas yang curam dan terjal pun dimulai. Tas kecil dipinggang, carrier disandang, sarung tangan terpasang. Botol-botol minuman 1.5 L yang kosong sengaja kami bawa untuk melakukan pengisian di sumber air yang ada di daerah puncak. Dimulai sekitar pukul 06.30, sekitar pukul 07.10 kami berhasil naik sampai daerah lapangan yang sangat luas dimana terdapat bendera merah putih berkibar dengan gagahnya, ditengah terpaan angin yang sangat kencang berhembus. Sebuah kebanggaan dapat berdiri tegak dengan sikap hormat mengarah kepada Sang Saka Merah Putih di ketinggian >2.500 m dpl. Lalu kami melanjutkan perjalanan kami menempuh butiran-butiran debu yang diterbangkan oleh angin kencang tersebut. Walaupun hanya butiran debu, ketika Allah mengizinkan, ternyata butiran tersebut dapat membuat air mata ini tertetes karena rasa perih.






Saat di perjalanan, ketika sudah mendekati puncak, kami menemukan kawah Marapi yang di sisi seberang sana mengeluarkan gas putih dan memancing rasa penasaran. Kupinjam handphone Bang Imadie, dan seorang diri kucoba menuruni daerah kawah tersebut. Cukup sulit, karena pijakannya yang menurun dan terdiri dari batu-batu kecil yang tidak stabil ketika dipijak. Beruntung beberapa gambar dalam kawah tersebut berhasil kuabadikan dalam handphone Bang Imadie. Kawah yang dekat dari sisi kami tidak menunjukkan tanda-tanda kawah aktif, mungkin kawah di sisi lainnya yang mengeluarkan gas itu yang aktif. Sayang diriku tidak berhasil mengintip keseluruhan isi kawah tersebut. Sesaat setelahnya, sekitar pukul 07.30, Puncak Marapi sudah terjangkau oleh mata kami! Untuk mengabadikan detik-detik penaklukan Puncak Marapi ini, Bang Imadie dan diriku berinisiatif untuk merekam momen yang kami nantikan ini. 3.. 2.. 1.. Allahu akbar! Kami berhasil menaklukkan Puncak Marapi! Puncak Prapati, tepatnya (karena ada dua puncak disini, Puncak Prapati dan Puncak Garuda).

Puncak Prapati Gunung Marapi
Puncak Garuda Gunung Marapi. Model: Zoelbazzray

Salam cinta dari ketinggian 2.981 mdpl
Setiba di puncak, tentu kami mengabadikan banyak momen disana. Seperti view Gunung Singgalang dari Puncak Marapi, Danau Singkarak, dan kami juga menyempatkan untuk membuat video pesan singkat untuk keluarga tercinta. Setelahnya kami beranjak menuju checkpoint selanjutnya. Taman Bunga Edelweiss. Menempuh jalur yang menurun dan (masih) dengan angin yang berhembus kencang. Kami terbagi menjadi 2 kelompok. Kelompok pertama sudah tiba di Taman Bunga Edelweiss selagi kami masih di Puncak Prapati. Karena itulah kami sempat berhenti sejenak karena tidak tahu rute mana yang harus diambil. Area setelah puncak ini memang luas sekali. Beruntung ada pendaki lain yang datang setelah kami menunjukkan arah jalan yang benar. Dan kami pun menyusuri jalan menurun ini kurang lebih 45 menit dari Puncak Prapati. Setelah Puncak Prapati tadi, rasa lelah kami juga akan terbayar di Taman Bunga Edelweiss ini.
Taman Bunga Edelweiss. Model: Cipul
Taman Bunga Edelweiss! Ribuan bunga terhampar mendesak tepian-tepian jurang. Taman yang dipisahkan oleh 2 tebing yang cekungan dibawahnya membentuk mata air ini, memperlihatkan perpaduan warna tangkai hijau tinggi dengan bunga putih serta warna khas abu dan pasir gunung yang indah. Kusempatkan menulis penggalan ceritaku di daerah mata air diantara dua tebing yang agak kering, sambil merenungkan kemampuan hidup “bunga abadi” yang luar biasa ini. Kenapa disebut bunga abadi? Karena usia bunga ini dapat mencapai 100 tahun! Bunga Edelweiss adalah tumbuhan pionir yang mampu hidup dalam lingkungan tandus tanah vulkanik muda di daerah pegunungan. Ia dapat tumbuh di daerah yang sangat panas didekat kawah maupun daerah berangin kencang seperti di tebing, berkat akarnya yang kokoh menghujam bumi. Bunganya sangat disukai oleh berbagai macam serangga, akarnya jika cukup kuat dapat dijadikan tempat bersarangnya burung Myophonus glaucinus. Memberikan kebermanfaatan bagi sekitar, walaupun hidup ditengah lingkungan yang sulit dan keras. Ribuan pendaki bersusah payah datang setiap tahunnya untuk melihat bunga ini. Walau banyak oknum yang coba membahayakan keberadaan spesies ini, tidak sedikit pihak yang ingin melestarikan dan menjaganya.

***     

Bunga Edelweiss. Dikenal sebagai “Bunga Abadi”, bunga putih yang hanya hidup di area pegunungan pada ketinggian >2000 m dpl ini memberikan kita banyak pelajaran berarti. Untuk dapat melihatnya dibutuhkan pengorbanan. Memberikan kebermanfaatan bagi sekitar, walaupun hidup ditengah lingkungan yang bukan zona nyaman diri. Mampu menjadi pionir dalam satu usaha kebaikan, walau banyak tangan-tangan yang dapat membahayakan dirinya karena kebaikan yang ada padanya. Sebaik-baik bunga yang bermanfaat bagi yang lain, seolah mencontohkan kepada kita manusia bagaimana cara memperlakukan orang lain. Bukankah Rasulullah saw. pernah bersabda bahwa sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia?

Wallahu a’lam bishshawab

Padang, 16 Januari 2015

Saturday, 14 February 2015

Latif dan Fathir

Hari sudah gelap, jama'ah maghrib sudah berpulangan dari mesjid pasca shalat berjam'ah. Ku berjalan dengan tenang hingga tiba di pertigaan jalan. Perhatianku tersita oleh dua orang kakak beradik yang dengan gembira duduk di tepi sebuah toko yang telah tutup. Sepertinya keduanya akan beranjak pergi. Namun ada satu benda yang membuatku penasaran. Sang kakak (telihat dari postur badannya yang lebih tinggi, kuterka umurnya mungkin sekitar 7-9 tahun) membawa semacam baskom berdiameter 50 cm diatas kepalanya. Didorong rasa penasaran, kutanyakanlah apa yang sang kakak bawa. Ternyata sebaskom penuh gorengan. Terdiam aku sesaat. Dalam diamku, kecoba mengingat apa yang kulakukan ketika seumuran mereka. Berbeda. 

Kemudian aku berbasa-basi menanyakan nama mereka, Latif sang kakak, dan Fathir sang adik. Ketika sang adik mengucapkan nama dirinya dengan sedikit berusaha menyebutkan huruf "r", membuat senyumku terkembang. Setelah bertanya nama, karena ketika itu hanya membawa sedikit uang, aku berencana membeli 2 buah gorengannya dengan 2 lembar uang 2 ribu. Lalu sang kakak berkata, harga gorengannya hanya seribu rupiah. Ya, hanya seribu rupiah. Jadilah aku membawa pulang 4 gorengan. Tiga buah combro dan satu buah goreng pisang, dalam plastik transparan berwarna biru. Gorengan buatan ibu mereka yang dijual hanya seribu rupiah.

Dalam perjalananku pulang menuju kost, kucoba renungi pertemuan singkat kami. Ketika itu sudah malam, dan kedua kakak beradik ini masih berjualan gorengan, yang ketika itu masih banyak gorengan yang sepertinya belum terjual, padahal ketika itu gorengannya sudah cukup dingin. Di umur mereka yang masih sangat belia, mereka sudah harus menjual gorengan di jalan-jalan sedangkan diriku masih meminta uang bulanan kepada orangtua. Cerita masa kecilku pun rasanya tidak setegar mereka yang rela waktu malamnya yang seharusnya dipergunakan untuk beristirahat, malah harus digantikan dengan kegiatan berjualan, dengan tetap riang dan tersenyum bahagia ketika ada yang membeli dagangan mereka, walau hanya terjual 4 ribu rupiah.

Semoga dagangan mereka habis, semoga Allah mempermurah rezeki mereka. Mungkin hanya doa yang kini bisa kuberikan untuk kedua kakak beradik itu. Semoga Allah meridhoi apa yang mereka lakukan dan memberikan kesejahteraan untuk keluarga mereka, sehingga mereka tidak perlu lagi berjualan di jalan. Aamiin.

Status FB pada tanggal 3 Januari 2014

Friday, 13 February 2015

Valenti? NO, Sorry

Courtesy of FSKI FK Unand
Maap yak, judulnya norak, wkwkwk. Berhubung sekarang tanggal 14 Februari, maka gw merasa terpanggil (tsaaah...) untuk meluruskan perkara mengenai valentine ini. Sepengetahuan gw, sejauh ini sudah 6 walikota yang melarang adanya perayaan valentine di kotanya. Mulai dari Walikota Depok Nur Mahmudi Ismail, Walikota Makassar Mohammad Ramdhan Pomanto, Walikota Surabaya Tri Rismaharini, Walikota Padang Mahyeldi Ansharullah, Walikota Banda Aceh Illiza Sa'aduddin Djamal, dan yang terakhir Walikota Bandung Ridwan Kamil melalui twitternya. Pelarangan langsung dari kepala daerah ini bukti bahwa ada yang salah dengan hari valentine yang menurut kabar yang beredar disebut juga "hari kasih sayang."
courtesy of Bejo Paijo
Di Arab Saudi, valentine memang dilarang. Salah seorang da'i mereka, Syaikh Muhammad Al-'arifi dalam twitnya menuliskan: ”saya berharap kalian tidak menodai akidah dengan merayakan valentine, karena itu adalah bid’ah yang haram, dan termasuk menyerupai kaum kafir, dan fasiq, tidak boleh menyiarkannya di televisi maupun lainnya, atau merayakannya dengan cara apapun". Selain dari masalah agama seperti yang disampaikan di atas, valentine juga menjadi modus demoralisasi remaja yang selalu berlangsung setiap tahunnya. Contohnya pun sangat jelas. Jika teman-teman bersedia meluangkan waktu sejenak untuk membaca berita, akan dapat ditemukan berita tentang coklat, kondom, dan valentine. Ketika coklat dipaketkan bersama dengan kondom, orang polos pun akan curiga maksud terselubung dibalik hal tersebut. Apakah kasih sayang itu harus dibayar dengan kesucian diri?

Di Thailand, hasil survei media negara tersebut menunjukkan remaja di Thailand memilih hari valentine sebagai hari yang tepat untuk melepas keperawanan. Bagaimana di Indonesia? Gw hanya bisa berharap kampanye-kampanya anti-valentine dapat didengar oleh masyarakat, terutama remaja, yang memang merupakan kelompok yang rentan terjerumus seks bebas. Bahkan di Jawa Timur pun ada yang dengan dalih promo valentine, memberikan diskon bagi kekasih yang ingin bermalam disana! Gila! Manajemen hotel tersebut berdalih ada kesalahan redaksi, tapi klarifikasi itu muncul setelah adanya aduan ke KPI dan aparat terkait menurunkan paksa baliho promo tersebut. Kelihatan ngelesnya kan?

Pada bagian terakhir tulisan ini gw lampirkan beberapa link berita terkait, sila teman-teman baca bahwa kontroversi valentine bukan hanya atas isu agama saja, namun juga isu moral dan budaya. Terakhir, satu hal yang perlu kita ingat, konsekuensi dari tasyabbuh bil kuffar itu berat loh, apalagi jika kita tasyabbuh budaya valentine yang merupakan hari raya agama lain. Yakin mau mengorbankan akidah? Memahami lebih dalam tasyabbuh bil kuffar, silahkan buka situs ini. Sebagai tambahan juga, Om Felix Siauw juga berkampanye menolak valentine dan memberikan keterangan yang bagus mengenai asal-usul valentine's day beserta infografis yang mencengangkan. Let's check it out:



Berbicara tentang kampanye, di kampus gw juga sedang marak penolakan atas valentine ini. Ada kata-kata yang sweet dari Departemen Syiar Islam FSKI FK Unand sebagai inisiator kampanye #SayNoToValentine'sDay di kampus. Kata-katanya adalah sebagai berikut:

"Jika kamu tak lagi memiliki cinta manusia, langit tak 'kan berkurang birunya. Akan tetapi jika kamu kehilangan cinta Allah, sudah pasti harimu gelap, sungguh, meski berjuta bintang menghiasinya."

Wallahu 'alam bishshawab.

 Padang, 14 Februari 2015




*referensi:
- http://citizen6.liputan6.com/read/2175427/5-walikota-ini-melarang-perayaan-hari-valentine
- http://muslim.or.id/manhaj/fatwa-ulama-batasan-dalam-menyerupai-orang-kafir.html
- http://nasional.news.viva.co.id/news/read/589821-hari-valentine--minimarket-jual-coklat-gratis-kondom
- www.tempo.co/read/news/2015/02/13/058642332/Resort-di-Batu-Batal-Promo-Valentine-bagi-Sepasang-Kekasih
- http://www.eramuslim.com/berita/dunia-islam/arifi-perayaan-valentine-haram-bagi-muslim-menodai-aqidah-dan-menyerupai-orang-kafir.htm
- http://news.liputan6.com/read/376935/pemda-diminta-tarik-paket-coklat-isi-kondom
- http://www.republika.co.id/berita/nasional/daerah/15/02/13/njpvny-hari-kasih-sayang-mengundang-kemaksiatan
- http://www.tribunnews.com/internasional/2015/02/12/jelang-valentine-pemuda-ini-kampanye-redam-seks-bebas-seusai-mabuk

Dinginnya Puncak Talang, Hangatnya Kebersamaan

Cerita ini saya ambil dari buku catatan perjalanan pribadi milik saya, dengan beberapa perubahan. Selamat menikmati ;)


 ***

Allahu akbar! Dua hari yang luar biasa. Dua hari perjalanan tujuh jomblo berpetualang menikmati alam ciptaan-Nya yang agung. Tujuh orang tersebut, 5 orang mahasiswa FK muda yaitu saya sendiri, kemudian Bang Fauzul, Prima, Adnan, dan Aji, Lalu satu-satunya mahasiswa FK tua yang ikut dalam rombongan, ketua dari grup sosialita, bang dr. Panji Andhika (ketika cerita ini ditulis, doi masih Sarjana Kedokteran alias S. Ked, hehehe), serta seorang tentara muda yang berpangkat Sersan, yang Allah takdirkan bertemu dengan kami di Masjid Raya Bukit Sileh. Bang Suwardi namanya. Ini adalah pendakian perdana yang saya lakukan, dan gunung pertama yang saya jajaki ini adalah Gunung Talang, yang terkenal dengan view 3 danaunya.

Dari 29 buah jumlah gunung yang ada di Sumatra Barat, hanya 7 yang memang lazim dilakukan pendakian, dan Gunung Talang merupakan satu diantaranya, selain Gunung Marapi, Gunung Sago, Gunung Pasaman, Gunung Singgalang, Gunung Tandikek, dan Gunung Talamau. Gunung Talang sendiri terletak di Kabupaten Solok, sekitar 9 km dari kota Arosuka, ibukota Kabupaten Solok. Pendakian bisa melalui Bukit Sileh (rute yang kami lewati) atau Alahan Panjang yang cenderung lebih landai namun waktu tempuhnya lebih lama. Gunung Talang memiliki ketinggian 2.597 mdpl. Status Gunung Talang sendiri masih termasuk gunung berapi yang aktif, dan menurut Om Google, terakhir Gunung Talang meletus pada tanggal 11 April 2005. Alhamdulillah perjalanan kami ke Gunung Talang berlangsung aman dan kami pulang dalam keadaan selamat dan bahagia.

Seperti wacana kebanyakan, acara pendakian Gunung Talang ini hampir tidak berjalanan, karena minimnya konfirmasi dari calon peserta pendakian. Saya pun berinisiatif untuk membuat grup Line dengan nama grup: “Talang, here we go!” Secercah harapan pun muncul. Dari 7 orang calon peserta yang di-invite ke dalam grup tersebut, 2 orang batal bergabung. Dan bang Fauzul bergabung berama kami di saat-saat last minute, hanya dari percakapan telpon. Jika saja ketika itu bang Fauzul tidak ikut, entah bagaimana nasib kami 5 orang awam yang mencoba peruntungan mendaki gunung untuk pertama kalinya, haha. Allah selalu memberikan skenario yang terbaik untuk hambaNya J. Dengan segala persiapan yang hectic, kami berbagi tugas mencari perlengkapan yang dibutuhkan. Saya mencari minyak tanah 1,5 L, lalu bersama Prima mencari tenda, Aji membeli kompor lapangan dan parafin, bang Fauzul membawa rantang untuk masak dan tentunya barang pribadi yang disiapkan individual. Saya juga meminjam 2 buah carrier (milik Bone dan Fauzul 2011), satu untuk saya dan satu untuk Adnan.

Berangkatlah kami berenam, dengan 4 motor, menuju ke arah Solok, melewati Indarung, menempuh waktu kurang lebih 2,5 jam. Perjalanan yang cukup melelahkan dan membuat bagian tubuh bawah sampai tungkai kesemutan karena posisi yang statis di atas motor. Beruntung bang Fauzul memiliki teman yang tinggal di kaki Gunung Talang. Kami sempatkan bertamu sekitar pukul 17.00 ke rumah teman bang Fauzul tersebut, bang Ilyas namanya. Abang Ilyas ini sangat Islami, dan ketika kami bertamu, bang Ilyas datang bersepeda. Tahu dari mana abang tersebut bersepeda? Dari Padang! Abang Ilyas bercerita waktu yang ditempuh untuk bersepeda kurang lebih 10 jam. Allahu akbar. Saya sendiri hanya bisa kagum. Keluarganya juga dengan hangat menjamu kami, sejenak kami beristirahat meregangkan otot-otot tubuh kami yang kaku karena lama di atas motor, sambil bercengkrama dengan keluarga Bang Ilyas. Kemudian sekitar pukul 17.40 kami pamit dan melanjutkan perjalanan kami.

Bersama keluarga Bang Ilyas

Setibanya di Bukit Sileh, kami sempatkan berfoto dengan latar Gunung Talang, sebagai target pendakian kami kali ini. Kami tunaikan salat Magrib bersama penduduk, lalu menyambungnya dengan salat Isya, di Masjid Raya Bukit Sileh. Di Masjid Raya ini lah kami bertemu dengan Sersan Suwardi. Setelah berbincang-bincang beberapa saat, kami dan Sersan Suwardi pun bersepakat untuk mendaki bersama. Sersan Suwardi pergi sebentar mengambil barang-barangnya, dan beliau datang dengan bermodalkan tas hitam, topi, dan pakaian loreng khas TNI lengkap dengan sepatu boot-nya. Kami parkir motor-motor kami di dekat Musola, dan kami mulai pendakian kami, tepat pukul 20.00. Pendakian malam hari, dengan parang ditangan, bang Fauzul sebagai leader memimpin pendakian kami ini. Sempat kami tersasar, karena memang sepanjang rute pendakian, vegetasi di kiri dan kanan jalan dipenuhi dengan pohon-pohon besar dan ilalang yang tinggi. Sehingga memang tidak terlalu nampak view kota Solok selama pendakian awal.

Sesaat sebelum pendakian
Gunung Talang dari kejauhan
















Kemah kami
Benar-benar pendakian malam yang panjang dan menegangkan (karena memang jangkauan penglihatan yang terbatas, walau masing-masing orang sudah memegang senter). Dengan penuh warna dan lika-liku, kami pun berhasil mendirikan tenda 5 jam dari start! Sersan Suwardi tidak menunjukkan tanda-tanda letih sedikit pun. Berkeringat pun tidak. Luar biasa, masyaaAllah. Memang kami dan Sersan berada dalam level yang jauh berbeda. Kurang lebih sekitar jam 01.00 kami mulai berkemah. Masih ada sinyal di daerah ini, tentu saya manfaatkan untuk update status, hahaha. Kami berbagi tugas untuk mendirikan tenda, masak, serta membuat api unggun. Cuaca di atas memang sangat dingin. Karena kami hanya membawa 1 tenda, sehingga kami membagi shift untuk tidur, tiap jam bergantian. Beberapa dari kami menyempatkan untuk membaca Alquran. Setiap lantunan yang diperdengarkan memberikan kehangatan bagi diri. Kami juga sempatkan berbincang-bincang hangat ketika shift jaga kami diselimuti hawa dingin Pintu Cadas tempat kami berkemah.

Setelah shift jaga terakhir, yang menandakan hari sudah pagi, teman-teman membangunkan kami yang sedang terlelap. Sekitar pukul 05.00, setelah kami menunaikan salat Subuh, maka kami bersiap-siap untuk mendaki menuju puncak. Semua barang-barang ditinggalkan di tenda, kami membawa barang seperlunya, dan saya sendiri membawa Alquran, P3K, snack, dan tentunya, buku untuk menuliskan kisah perjalanan ini XD. Kami mendaki jalan terjal berbatu cadas. Kami membutuhkan waktu 1 jam untuk mencapai puncak. Alhamdulillah, energi yang terkuras selama perjalanan, semua terbayar dengan pemandangan yang mengagumkan dari Puncak Gunung Talang! Sambil menunggu sunrise, kami sempatkan berfoto dengan latar 3 danau, foto dengan tema “negeri di atas awan”, dan banyak lagi. Setelah sunrise muncul, kami abadikan momen indah tersebut, dan menyempatkan diri untuk selfie dengan tongsis yang dibawa oleh Bang Panji =D.
View 3 Danau, 3 Puncak Gunung
Negeri di atas awan















Sunrise. Model: Randi Aji

Boyband Gunung Talang
Saat momen teman-teman berfoto, saat itu saya sedang menuliskan catatan perjalanan ini dengan tangan yang seolah mati rasa karena begitu dinginnya di puncak. Jika membaca tulisan asli cerita ini, maka akan kalian dapati tulisan saya yang sangat jelek, karena memang sulit sekali menulisnya ketika itu, hahaha. Kami juga menyusuri jalur trekking di puncak itu, dan menemukan berbagai view pepohonan kering, celah bebatuan yang mengeluarkan asap belerang, juga Taman Edelweiss (waktu menulis ini, saya belum tahu jika lokasi tersebut adalah Taman Edelweiss hehe). Pengalaman saya dengan Edelweiss juga dapat dibaca di catatan perjalanan saya yang lain, dalam Ekspedisi Marapi setelah Ekspedisi Talang ini. Ohiya, saya juga menyempatkan tilawah Alquran di Puncak Gunung Talang ini, dan itu pengalaman membahagiakan :).

Bunga Edelweiss yang belum mekar






Kepulan asap belerang di tengah Taman Edelweiss
Celah belerang. Model: Penulis & Sersan Suwardi



Walau badan kami seluruhnya menggigil karena cuaca yang begitu dingin, hal tersebut bukan menjadi penghalang bagi kami untuk bersenda gurau, berfoto, dan mengeksplorasi Puncak Gunung Talang. Firman Allah dalam Surat Al Mulk ayat 16: “Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezeki-Nya.” Kebersamaan yang singkat dengan keluarga Bang Ilyas, Sersan Suwardi, dan teman-teman lain dalam 2 hari ini begitu membekas di hati. Ketangguhan Sersan Suwardi yang dapat kita jadikan teladan dalam hal ketangguhan fisik, kesederhanaan dan keramahan bang Ilyas dan keluarga dalam menjamu kami meskipun kami merupakan “orang asing” bagi mereka. Kebersamaan yang menghangatkan. Really a beautiful moment to remember :).

Wallahu ‘alam bishshawab
Puncak Gunung Talang, 30 Mei 2014

Wednesday, 4 February 2015

Assalamu'alaykum, Blogger!



Rasulullah pernah berpesan kepada kita,

“Setiap pekerjaan yang baik, jika tidak dimulai dengan “Bismillah” (menyebut nama Allah) maka (pekerjaan tersebut) akan terputus (dari keberkahan Allah)”.

Maka dari itu, saya memulai postingan pertama saya dengan "Bismillah".

Sebagian ulama salaf mengatakan bahwa “bismillah merupakan inti kandungan ajaran Islam” karena di situ ada unsur keyakinan terhadap Allah yang telah memberikan kekuatan sehingga seseorang dapat melakukan aktivitas yang diinginkan, pengakuan akan ketidakberdayaan seseorang di hadapan Allah swt. “La haula wala quwwata illa billah (tiada daya dan upaya kecuali atas izin Allah). Apalagi kalau bacaannya kita sempurnakan dengan kata bismillaahirrahmaanirrahiim maka kita telah meyakini akan kebesaran Allah yang telah memberikan nikmat dan karunia, kasih sayang dan rahimnya kepada seluruh makhluk-Nya.

Begitu pentingnya "bismillah" dalam laku sehari-hari, digambarkan dengan istimewa posisinya dalam hadits Rasulullah saw:

"Allah menghiasi langit dengn bintang-gemintang, menghiasi malaikat dengan jibril, menghiasi surge dengan bidadari, menghiasi para nabi dengan Muhammad saw, menghiasi hari dengan Jum'at, menghiasi malam dengan laylatul qadar, menghiasi bulan dengan Ramadhan, menghiasi masjid dengan ka'bah, menghisi mushaf dengan al-Qur'an, dan menghiasi al-qur'an dengan bismillah".
 
"Bismillah". Semoga awal mula kelahiran blog ini dapat memberikan perbaikan, minimal perbaikan untuk diri penulis, agar dengan blog ini, dapat disibukkan dengan kegiatan positif berupa menulis, dan dapat menginspirasi pembaca sekalian dengan tulisan-tulisan di dalamnya.

Semoga blog ini dapat memberikan kebermanfaatan bagi siapa-siapa yang membacanya, karena sebaik-baik manusia adalah manusia yang bermanfaat bagi manusia. aamiin insyaaAllah.

Selamat menikmati blog ini! :)

*referensi
http://www.dakwatuna.com/2007/01/05/38/keagungan-bismillah/
http://www.nu.or.id/