Sunday, 30 August 2015

Ketika Penerbangan Siang Berakhir di Malam Hari

13.20
30 Agustus. Pesawat Maskapai L tujuan penerbangan Kota P mempercepat lajunya untuk lepas landas dari Gate B3 Terminal 1B bandara internasional di ibukota. B, dokter muda di salah satu rumah sakit di Kota P, merupakan salah satu penumpang yang menggunakan maskapai ini untuk kembali ke Kota P selepas liburan singkat di kota kelahiran. Dalam perjalanan, B diminta pramugari untuk pindah dari seat 24C ke seat 31C, seat yang berada sejajar dengan pintu darurat di kabin belakang. Entah berhubungan atau tidak, selama perjalanan B sulit untuk memejamkan mata sejak pertukaran seat itu. Walaupun akhirnya B menyempatkan diri untuk tidur juga, hahaha.

14.35
B tersentak. Secara tiba-tiba terjadi guncangan yang cukup keras, badan pesawat seolah turun mendadak. Kurang lebih rasanya mirip dengan kondisi ketika kita melaju dalam mobil yang kencang, lalu jalur mobil kita mengalami penurunan. Serasa melayang. Tapi yang membuat B kaget bukan karena guncangan itu, namun karena ketika itu terjadi, secara serentak berteriak histeris. Menegangkan. Setidaknya itu menurut penumpang di seat 32. Untuk B, ia kembali mencoba tidur dengan handsfree terpasang di telinganya.

14.45
Tak lama setelah guncangan tersebut, kapten pesawat mengumumkan bahwa cuaca di Kota P belum memungkinkan untuk pesawat melakukan pendaratan. Alhasil, pesawat pun berputar-putar di atas Teluk B, Kota P, sambil menunggu kesempatan untuk mendarat apabila kondisi cuaca membaik. Setelah sekian lama, datang pengumuman baru dari kapten pesawat bahwa tidak bisa mendarat di Kota P dan terpaksa mengarahkan laju pesawat menuju bandara di Kota M.

16.37
Sudah 3 jam lebih B mengudara sejak dari bandara ibukota. Akhirnya pesawat yang ditumpangi B mendarat di landasan pacu bandara di Kota M. Untuk informasi, waktu tempuh normal Kota M ke Kota P atau sebaliknya dengan menggunakan pesawat adalah 1 jam. B harus menunggu sekian lama untuk menanti kepastian kapan ia bisa kembali terbang menuju Kota P. Untungnya, B tidak sendiri. D, salah satu rekannya yang juga dokter muda, berada dalam penerbangan yang sama. Beberapa penerbangan dari Kota M ke Kota P pun ditunda.

17.02
Hal yang tidak disangka-sangka, di bandara kota M, mereka bertemu dengan beberapa dosen mereka di ruang tunggu bandara Kota M, salah satunya Ibu L. Rupanya Ibu L dan rekan dosennya menjadi pengawas UKMPPD, semacam ujian nasional untuk para calon dokter di Indonesia. Kondisi penerbangan Ibu L ternyata lebih ekstrem dibandingkan penerbangan B dan D. Pesawat mereka yang sudah mengudara menuju Kota P, harus memutar kembali ke Kota karena cuaca yang tidak memungkinkan, ditambah pengumuman kapten pesawat mereka yang menambah keresahan di hati penumpang: “karena alasan bahan bakar”. Salah seorang penumpang berkomentar, “kalau avturnya abis di tengah-tengah, dimana mau nyari SPBU di atas sini coba”, cerita Ibu L.

17.33
Alhamdulillah, B dan D akhirnya mendapat kepastian. Setelah proses boarding ulang yang cukup lama (B dan D harus menunggu lebih dari 1 jam di dalam pesawat), pesawat pun mulai bergerak meninggalkan landasan pacu bandara Kota M setelah terdengar kalimat passengers complete dari pengeras suara kabin pesawat Sambil menunggu proses boarding, salah satu pramugari yang bertugas di kabin belakang (pramugari yang meminta B untuk pindah seat), cukup ramah untuk diajak diskusi santai dengan para penumpang. Dan ternyata pramugari tersebut baru berusia 21 tahun. Usia 21 dan sudah bekerja, sedangkan B, usia 21 dan, ah, sudahlah. hahaha. Perjalanan yang panjang dan menegangkan itu pun akan berakhir dalam waktu 1 jam. Selama perjalanan, guncangan-guncangan di kabin pesawat yang terjadi setiap kali menembus awan, cukup menambah rasa was-was di hati penumpang.

19.52
Pesawat mendarat dengan selamat dan sedikit guncangan ketika roda pesawat menyentuh landasan. Masih ada juga penumpang yang histeris karena hal tersebut. Mungkin penumpang tersebut lelah. Butuh beberapa menit untuk pesawat itu berhenti. B dan D turun menuju tempat pengambilan bagasi. Koper B sudah datang, namun koper D belum muncul juga. Ketika menunggu, tak lama setelahnya pesawat rombongan Ibu L pun datang. Berita baik untuk B dan D, mereka yang semula ingin menuju ke kost masing-masing dengan menggunakan bus Damri (atau dengan Tranek. Yah, sama-sama berbiaya Rp22.500,00 kok, hahaha), Ibu L dengan baik hati menawarkan pulang bersama beliau menggunakan taksi. Rezeki emang gak kemana. Di dalam taksi pun mereka saling bercerita pengalaman yang mereka alami selama dalam penerbangan.

21.50
Alhamdulillah B dan D sudah kembali ke kediaman masing-masing. Perjalanan yang panjang dan cukup seru untuk diceritakan (bukan untuk dialami kembali, haha). Benar-benar perjalanan yang panjang. B sudah datang ke bandara sejak siang sekitar pukul 11.30 (karena boarding time-nya 12.40), dan baru tiba di lokasi tujuan, rumah kostnya tercinta, di malam hari pukul 21.50. Cerita pun selesai. Terimakasih sudah menyempatkan diri untuk membaca cerita ini ;). Ohiya, cerita ini based on true story lho, hahaha :D

0 comments:

Post a Comment