Tuesday, 4 April 2017

Surgical Skills Series: Skin Closure part I

Oke. Kali ini saya ingin berbagi mengenai cara menutup luka. Menutup luka dalam artian bukan ada luka terbuka kemudian ditutup pakai kain atau kertas koran ya, bukan. Menutup luka bisa dengan beberapa cara, selain dengan menjahitnya, juga dapat menggunakan skin adhesive strips, lem jaringan, atau staples (jangan pikirkan stapler kertas ya, beda).Ini contoh-contohnya:

Skin adhesive film

Tissue glue
Staples - Stapler gun

Pada postingan kali ini, saya ingin memperlihatkan video teknik menjahit luka yang paling dasar dan paling sering digunakan dokter umum. Yaitu simple interupted suture. Sebelum melihat videonya, mungkin saya mencoba menjawab beberapa pertanyaan yang sering daitanyakan pasien. Teman-teman pasti pernah bertanya kan kapan jahitan dilepas? Kenapa jahitan tidak boleh terkena air? Luka dibiarkan terbuka atau tertutup?

Pertama, kapan jahitan dilepas itu disesuaikan dengan lokasi penjahitan luka. Prinsipnya, daerah yang banyak pembuluh darah (seperti wajah) lebih cepat dilepas dibanding perifer seperti tangan dan kaki, Lalu daerah persendian atau yang sering bergerak akan cenderung lebih lama.

Waktu pelepasan benang jahit2

Kedua, kenapa tidak boleh kena air, karena benang akan menyerap air tersebut dan menjadi media yang baik untuk pertumbuhan bakteri, sehingga bisa menimbulkan infeksi luka jahitan. Karena itu ganti perban perlu rutin maksimal pada hari ketiga atau keempat setelah operasi (tindakan). Kassa penutup luka harus diganti lebih awal jika basah.3 Penggantian kassa atau perban harus dengan teknik aseptik (berarti, harus cuci tangan dulu, perlu sarung tangan untuk kontak dengan luka)

Luka dibiarkan terbuka atau tertutup? Luka bedah yang selesai dijahit biasanya ditutup agar terlindung dari infeksi, tidak tergaruk oleh pasien, dan cairan luka yang keluar terserap. Luka yang ditutup primer dan kering lebih baik dibiarkan terbuka, tetapi umumnya secara psikologis kurang berkenan bagi penderita maupun keluarganya.3

Kembali ke topik teknik jahitan: simple interrupted suture, atau jahitan simpul tunggal, adalah jahitan satu-satu yang paling banyak digunakan dan merupakan jahitan baku. Keuntungan teknik ini adalah kegagalan satu jahitan tidak mempengaruhi seluruh jahitan. Bila terjadi infeksi, cukup dibuka jahitan pada tempat yang terinfeksi saja.3

Karena ini jahitan paling dasar, maka pengalaman penulis sendiri biasa menjahit pasien dengan luka-luka minor pada ekstrimitas, wajah, dan tempat lain dengan teknik ini. Namun tentu ukuran benangnya perlu disesuaikan, misalnya pada wajah bisa menggunakan benang ukuran 5/0 atau 6/0 (semakin besar angkanya, semakin kecil ukuran benang). Tantangan dalam menjahit luka selain dari bentuk dan kedalaman luka, juga berdiri tegak yang ergonomis dalam waktu lama 💪💪💪. Mari kita perhatikan dan pelajari teknik jahitan simpul tunggal ini:

 

Terimakasih telah berkunjung, semoga postingan ini bermanfaat :)

Referensi:
1. Williams NS, Bulstrode CJK, O'Connell PR. 2013. Bailey & Love's Short Practice of Surgery. 26th edition. Boca Raton: CRC Press
2. Capellan O, Hollander JE. 2003. Management of laceration in the emergency department. Emerg Med Clin N Am. 21:205-31
3. Sjamsuhidajat R, Karnadihardja W, Prasetyono TOH, Rudiman R. 2011. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 3. Jakarta: EGC

Akhir Perjalanan..

Assalamu'alaykum sobat!

Sudah 1 tahun lebih rupanya saya tidak mengisi ruang dalam hati blog tercinta ini. Menjadi dokter muda cukup menyita waktu guys (sebenernya karena rasa malas mengalahkan segalanya sih, hahah).


Alhamdulillah, terhitung tanggal 6 April 2015 saya memulai perjalanan dokter muda saya dalam stase IKM (Ilmu Kesehatan Masyarakat), dan menutup perjalanan ini pada tanggal 1 April 2017. Lama ya, 2 tahun kurang 5 hari, hahaha. Uniknya, jika saya mengawali pengalaman dokter muda di Puskesmas Ambacang Kuranji, pengalaman ini diakhiri di Puskesmas Alai. Pada tanggal 1 April itulah saya terakhir memakai baju dokter muda keramat seperti gambar di bawah ini:



Nah, 8 orang di atas adalah orang yang menemani 2 bulan terakhir saya di 2 Puskesmas, Puskesmas pertama yaitu Puskesmas Air Dingin, dan Puskesmas kedua yang sudah disebut di atas tadi, Puskesmas Alai (pakai I ya, bukan pakai Y). Dari 9 orang ini, satu hal yang pasti, orang yang berada di kanan tengah masih available ya, wkwkwk. Untuk availability ketujuh orang lainnya, silahkan personal message saya langsung ya (tenang, ane agen jodoh yang sangat tidak terpercaya kok). Kok 7 jol? Karena alhamdulillah, sesepuh kami, neng yang ada di pojok kiri atas, she'll getting married soon this month! Kuy fellow blogwalker dimari mendoakan semoga kakak kami satu ini pernikahannya agar sakinah, mawaddah, warahmah :)

Jadi, kenapa sampai 2 kali berada di puskesmas? Jadi gini, jika pada kali pertama, kami berada di puskesmas lebih ke bagaimana kami belajar mengelola puskesmas, membuat perencanaan (plan of action) terkait masalah-masalah yang kami temukan di puskesmas. Ilmu kesehatan masyarakat banget deh, hahaha. Kami disibukkan dengan angka-angka dan data-data, udah kayak skripsi.. Nah, di kali kedua, kegiatan ini dinamakan Rotasi II (Rotasi I adalah semua stase di rumah sakit). Kami memang ditugaskan langsung membantu pelayanan puskesmas. Ibaratnya test drive sebelum melayani pasien ketika gelar dokter sudah didapat. Melayani ternyata menyenangkan lho (kalau pasiennya kooperatif sih). Kalau pasiennya marah-marah, ya aku bisa apa 😅😅. Terkadang pasien datang hanya untuk minta rujukan, padahal sakitnya menurut assessment kami bisa ditangani di puskesmas, baik hingga tuntas atau cukup penanganan awalnya, which means itu sakit mereka either kompetensi 4A atau 3A atau 3B. Angka-angka apa ini jol? InsyaaAllah akan saya bahas di tulisan-tulisan kemudian hehehe.

Berarti udah kayak dokter dong? Mirip-mirip lah, kami periksa pasien, meresepkan obat, melakukan tindakan seperti menjahit, ekstraksi benda asing, injeksi obat, dan banyak hal lain (tentu semuanya dengan supervisi ya). Dan kalian tahu apa yang paling menyenangkan dari semua itu? Yaitu ketika mendengar pasien mengucapkan "terimakasih, dok". Rasanya itu lho.. Bahagia sekali. (hiperbola dikit boleh lah ya, hehe). Pernah satu waktu saya mendapat pasien seorang anak perempuan dengan benda asing berupa peluru pistol mainan warna kuning. Pasien awalnya tenang, pas saya dekati dia langsung menangis 😔 (memang ga cocok jadi spesialis anak). Setelah berbagai manuver dicoba (karena pasiennya bergerak-gerak takut dengan alat yang saya pegang), akhirnya bergulir keluar lah peluru mainan itu. Tapi tetap saja anaknya ngambek sama saya, saya lambaikan tangan dia acuhkan, hahaha.

Anyway, walau judul post ini "Akhir Perjalanan", perjalanan menuju dokter masih belum berakhir sebenarnya. Lebih tepatnya sih Akhir Perjalanan Baju Dokter Muda, hahaha. Kami bersembilan, beserta rekan-rekan kami Pejuang Tangguh UKMPPD Mei 2017 akan berjibaku dalam ujian CBT (Computer-based Test) dan OSCE (Objective Structured Clinical Examination) yang sebentar lagi menghampiri kami. Mohon doanya ya guys! Semoga kami semua ONE-SHOT. Ketik 'aamiin', like dan share (gausah ketik aamiin beneran ya, becanda doang kok. :P. doakan saja kami dalam hati👌) .

Berhubung perjalanan ini sudah mencapai ujung, tag #PerjalananDokterMuda sudah tidak relevan lagi, jadi untuk postingan kedepan akan diperbaharui menjadi #NostalgiaDokterMuda ya, hahaha (info penting pake banget). Rencananya karena pengangguran banyak waktu senggang sambil menunggu ujian, internship, dan kegiatan menunggu lainnya, saya akan coba menulis 144 penyakit yang kompetensi dokter umum deh, itu lho, yang ada disebut-sebut 4A di atas. Semoga bisa terealisasi 💪.

Snelli, here I come!

Friday, 30 October 2015

Cerita Sahabat Rasulullah: Ia yang Berjalan Sendirian

Ia yang datang dari suku yang menjadi simbol perampokan. Ia yang berislam di awal-awal dakwah Rasulullah di Kota Mekah. Ia yang bersyahadat dengan lantang di Masjidil Haram, menantang kesombongan para kafir Quraisy. Ia yang rela berulang kali pingsan dipukuli kafir Quraisy karena tindakannya itu, namun tetap penuh kebanggaan berseru setelah sadar dari pingsannya, "tiada Tuhan selain Allah, dan Muhammad itu utusan Allah". Ia yang menyebarkan cahaya di tengah-tengah suku tempat asalnya, suku yang selama ini dikenal sebagai komplotan perampok yang ditakuti dan kaki tangan setan, kini menjadi pendukung kebenaran.

Tak akan ada lagi orang sejujur beliau, begitulah yang Rasulullah katakan kepada pria pemberani dan revolusioner itu. Hidupnya penuh kejujuran. Tidak menipu dirinya atau menipu orang lain, dan tidak mau ditipu orang lain. Kejujuran baginya bukan berarti diam membisu. Kejujuran yang tidak diekspresikan dalam kata-kata atau tingkah laku bukanlah kejujuran baginya. Kejujuran adalah memperlihatkan kebenaran dan menentang kebatilan. Kejujuran adalah loyalitas kepada kebenaran, keberanian mengekspresikan kebenaran, dan gerakan seirama kebenaran.

"Beritakanlah kepada para penumpuk harta, yang menumpuk emas dan perak. Mereka akan disetrika dengan setrika api neraka". Ia temui para pemimpin, orang-orang kaya, dan mereka yang terlena dunia. Ia datangi pusat-pusat kekuasaan dan gedung-gedung harta. Setiap ia mendaki gunung, menuruni lembah, memasuki kota, setiap ia berhadapan dengan pejabat, selalu ia sampaikan kalimat tersebut. Ia tinggalkan bahasa perang, ia gunakan bahasa logika dan kata-kata jitu.

Ia yang melakukan perlawanan damai dan menjauhkan diri dari godaan dunia. Ia habiskan sisa hidupnya untuk meluruskan penyalahgunaan kekuasaan dan harta kekayaan. Ia baktikan hidupnya untuk menghancurkan kebatilan dan menegakkan kebenaran, memikul semua tugas penasihat dan pemberi peringatan. Semakin ia dilarang, semakin lantang suaranya. Ia berkata, "demi Zat yang nyawaku berada di tanganNya, seandainya kalian menaruh pedang di leherku, dan aku masih bisa menyampaikan sabda Rasulullah, pasti kusampaikan sebelum kalian menebas leherku".

Ia yang berjalan sendirian, mati sendirian, dan dibangkitkan sendirian.

Ia yang meninggal dunia sendirian di padang pasir Rabadzah, setelah dalam kezuhudan dan perjuangannya yang tiada dua, ia berjuang sendirian.

Dan di akhirat kelak, karena kebaikannya yang sangat banyak, Allah akan membangkitkannya sendirian.

Ialah pemilik nama Jundub bin Junadah.

Ialah yang kita kenal dengan: Abu Dzar Al-Ghifari.

***

Adakah diantara kita yang dapat meneruskan cita-cita mulia beliau, meluruskan penyalahgunaan kekuasaan dan harta, menghancurkan kebatilan dan menegakkan kebenaran? Dengan lantang dan gagah berani menggunakan perlawanan damai dan kata-kata yang haq untuk mengingatkan tirani penguasa?

***

Referensi:
Khalid, M Khalid. 2013. 60 Sirah Sahabat Rasulullah SAW. Diterjemahkan oleh: Muhil Dhofir. Jakarta: Al I'tishom.

Sunday, 30 August 2015

Ketika Penerbangan Siang Berakhir di Malam Hari

13.20
30 Agustus. Pesawat Maskapai L tujuan penerbangan Kota P mempercepat lajunya untuk lepas landas dari Gate B3 Terminal 1B bandara internasional di ibukota. B, dokter muda di salah satu rumah sakit di Kota P, merupakan salah satu penumpang yang menggunakan maskapai ini untuk kembali ke Kota P selepas liburan singkat di kota kelahiran. Dalam perjalanan, B diminta pramugari untuk pindah dari seat 24C ke seat 31C, seat yang berada sejajar dengan pintu darurat di kabin belakang. Entah berhubungan atau tidak, selama perjalanan B sulit untuk memejamkan mata sejak pertukaran seat itu. Walaupun akhirnya B menyempatkan diri untuk tidur juga, hahaha.

14.35
B tersentak. Secara tiba-tiba terjadi guncangan yang cukup keras, badan pesawat seolah turun mendadak. Kurang lebih rasanya mirip dengan kondisi ketika kita melaju dalam mobil yang kencang, lalu jalur mobil kita mengalami penurunan. Serasa melayang. Tapi yang membuat B kaget bukan karena guncangan itu, namun karena ketika itu terjadi, secara serentak berteriak histeris. Menegangkan. Setidaknya itu menurut penumpang di seat 32. Untuk B, ia kembali mencoba tidur dengan handsfree terpasang di telinganya.

14.45
Tak lama setelah guncangan tersebut, kapten pesawat mengumumkan bahwa cuaca di Kota P belum memungkinkan untuk pesawat melakukan pendaratan. Alhasil, pesawat pun berputar-putar di atas Teluk B, Kota P, sambil menunggu kesempatan untuk mendarat apabila kondisi cuaca membaik. Setelah sekian lama, datang pengumuman baru dari kapten pesawat bahwa tidak bisa mendarat di Kota P dan terpaksa mengarahkan laju pesawat menuju bandara di Kota M.

16.37
Sudah 3 jam lebih B mengudara sejak dari bandara ibukota. Akhirnya pesawat yang ditumpangi B mendarat di landasan pacu bandara di Kota M. Untuk informasi, waktu tempuh normal Kota M ke Kota P atau sebaliknya dengan menggunakan pesawat adalah 1 jam. B harus menunggu sekian lama untuk menanti kepastian kapan ia bisa kembali terbang menuju Kota P. Untungnya, B tidak sendiri. D, salah satu rekannya yang juga dokter muda, berada dalam penerbangan yang sama. Beberapa penerbangan dari Kota M ke Kota P pun ditunda.

17.02
Hal yang tidak disangka-sangka, di bandara kota M, mereka bertemu dengan beberapa dosen mereka di ruang tunggu bandara Kota M, salah satunya Ibu L. Rupanya Ibu L dan rekan dosennya menjadi pengawas UKMPPD, semacam ujian nasional untuk para calon dokter di Indonesia. Kondisi penerbangan Ibu L ternyata lebih ekstrem dibandingkan penerbangan B dan D. Pesawat mereka yang sudah mengudara menuju Kota P, harus memutar kembali ke Kota karena cuaca yang tidak memungkinkan, ditambah pengumuman kapten pesawat mereka yang menambah keresahan di hati penumpang: “karena alasan bahan bakar”. Salah seorang penumpang berkomentar, “kalau avturnya abis di tengah-tengah, dimana mau nyari SPBU di atas sini coba”, cerita Ibu L.

17.33
Alhamdulillah, B dan D akhirnya mendapat kepastian. Setelah proses boarding ulang yang cukup lama (B dan D harus menunggu lebih dari 1 jam di dalam pesawat), pesawat pun mulai bergerak meninggalkan landasan pacu bandara Kota M setelah terdengar kalimat passengers complete dari pengeras suara kabin pesawat Sambil menunggu proses boarding, salah satu pramugari yang bertugas di kabin belakang (pramugari yang meminta B untuk pindah seat), cukup ramah untuk diajak diskusi santai dengan para penumpang. Dan ternyata pramugari tersebut baru berusia 21 tahun. Usia 21 dan sudah bekerja, sedangkan B, usia 21 dan, ah, sudahlah. hahaha. Perjalanan yang panjang dan menegangkan itu pun akan berakhir dalam waktu 1 jam. Selama perjalanan, guncangan-guncangan di kabin pesawat yang terjadi setiap kali menembus awan, cukup menambah rasa was-was di hati penumpang.

19.52
Pesawat mendarat dengan selamat dan sedikit guncangan ketika roda pesawat menyentuh landasan. Masih ada juga penumpang yang histeris karena hal tersebut. Mungkin penumpang tersebut lelah. Butuh beberapa menit untuk pesawat itu berhenti. B dan D turun menuju tempat pengambilan bagasi. Koper B sudah datang, namun koper D belum muncul juga. Ketika menunggu, tak lama setelahnya pesawat rombongan Ibu L pun datang. Berita baik untuk B dan D, mereka yang semula ingin menuju ke kost masing-masing dengan menggunakan bus Damri (atau dengan Tranek. Yah, sama-sama berbiaya Rp22.500,00 kok, hahaha), Ibu L dengan baik hati menawarkan pulang bersama beliau menggunakan taksi. Rezeki emang gak kemana. Di dalam taksi pun mereka saling bercerita pengalaman yang mereka alami selama dalam penerbangan.

21.50
Alhamdulillah B dan D sudah kembali ke kediaman masing-masing. Perjalanan yang panjang dan cukup seru untuk diceritakan (bukan untuk dialami kembali, haha). Benar-benar perjalanan yang panjang. B sudah datang ke bandara sejak siang sekitar pukul 11.30 (karena boarding time-nya 12.40), dan baru tiba di lokasi tujuan, rumah kostnya tercinta, di malam hari pukul 21.50. Cerita pun selesai. Terimakasih sudah menyempatkan diri untuk membaca cerita ini ;). Ohiya, cerita ini based on true story lho, hahaha :D

Sunday, 14 June 2015

Memimpin persalinan itu, rasanya… (part 1)

Menegangkan, membahagiakan :)! Seperti yang saya ceritakan dalam tulisan sebelum ini, iya, yang ini, Alhamdulillah saya mendapat kesempatan untuk melakukan asuhan persalinan, dari yang normal hingga yang perlu dengan alat. Setidaknya saya sudah terlibat langsung dalam 6 asuhan persalinan dan beberapa kali menjadi penonton ketika senior saya yang sedang membantu (kami dinas di Batusangkar bertiga, ingat kan? ^^). Sebelum berlanjut dalam cerita tentang pengalaman saya membantu persalinan, kita pahami terlebih dahulu yuk mengenai fisiologi persalinan ;). 

***

Sebelum kita melakukan asuhan persalinan, kita harus tahu bagaimana perubahan posisi bayi ketika persalinan dengan bantuan navigasi dari arah sutura sagital dan ubun-ubun kecil atau besar (fontanel), bidang khayal panggul (Hodge I sampai IV) dan tanda-tanda kala II (ketika bukaan lengkap 10 cm). Presentasi normal kepala bayi ketika memasuki rongga pelvis presentasi belakang kepala, dengan posisi ubun-ubun kecil kiri/kanan depan (UUK ki/ka-dep) atau left/right occiput anterior (L/R-OA), atau UUK kiri/kanan melintang. UUK kidep artinya ketika kita raba (obstetric vaginal touche) maka UUK yang berbentuk lekuk segitiga akan terasa disebelah kiri depan (kiri ibu, dan depan ibu/anterior). Mekanisme persalinan semua presentasi ini biasanya sama. Jika kita raba dan kita dapati UUB, maka itu dikatakan malposisi. Logikanya, dengan posisi UUB maka kepala janin agak ekstensi, sehingga diameter yang harus melewati panggul bertambah (kemungkinan persalinan macet). Perubahan posisi bayi mengikuti tahapan yang disebut seven cardinal movements pada persalinan:

 

Engagement: tahapan ketika diameter transversal terbesar kepala janin (diameter biparietal, jarak antar sisi kira-kanan kepala bayi) berhasil melewati pintu atas panggul (PAP). Sesuai paragraf diatas, normalnya sutura sagitalis masuk secara melintang atau oblik (pada UUK ka/ki-dep), jarang mengarah secara anteroposterior. Pada tahap engagement ini, kita perlu menilai posisi sutura sagital dengan bidang PAP. Jika sutura tepat ditengah promontorium dan simfisis, dikatakan sinklitismus. Namun jika sutura sagitalis lebih dekat ke promontorium (teraba tulang parietal anterior lebih banyak), dikatakan asinklitismus anterior. Jika lebih dekat ke simfisis, dikatakan asinklitismus posterior (dalam kondisi ekstrem dapat teraba telinga posterior).

 

Descent: tahapan penurunan kepala. Pada nulipara (persalinan pertama), engagement terjadi sebelum penurunan kepala yang biasanya baru dimulai ketika awal kala II. Namun pada multipara, engagement dan penurunan kepala terjadi bersamaan. Penurunan dapat terjadi karena 4 gaya: (1) tekanan cairan amnion, (2) tekanan akibat kontraksi his, (3), tekanan abdominal dari usaha mengejan ibu, dan (4) ekstensi dan pelurusan badan bayi. 

Flexion: kepala bayi memasuki Hodge III (bidang khayal sejajar PAP setinggi spina iskiadika. Nah, karena ada penonjolan, di bidang inilah didapatkan diameter terkecil dari rongga panggul). Untuk itu, bayi perlu melakukan fleksi, dagu bayi mendekati toraks, sehingga diameter terbawah (dari diameter anteroposterior menjadi suboksipitobregmatik) janin mengecil menjadi ± 9,5 cm.

Internal rotation: putaran paksi dalam sehingga posisi UUK berada tepat di bawah simfisis pubis. Hal ini dikarenakan diameter terlebar pada pintu bawah panggul terdapat dari depan ke belakang (anteroposterior). 


Extension: setelah kepala bayi yang sedang fleksi mencapai vulva dan terjadi ekstensi kepala. Vektor resultan dari kontraksi his dan tekanan abdominal ke arah bawah dengan tahanan dasar pelvis ke arah atas menyebabkan ekstensi kepala mengarah keluar vulva. Dengan distensi progresif dari perineum dan bukaan vagina, lahir belakang kepala, kemudian akan terjadi crowning yaitu nampak diameter terbesar kepala janin keluar dari vulva disusul bregma, dahi, hidung, mulut, hingga dagu.

External rotation: putaran paksi luar. kepala berputar sesuai dengan posisi punggung ketika masih di dalam. Hal ini juga untuk mengakomodasi diameter bisakromial (diameter antar bahu) kembali menyesuaikan dengan diameter anteroposterior pintu bawah panggul agar dapat keluar. Pada asuhan persalinan, eksternal rotasi bisa dibantu dengan kedua tangan penolong memutar kepala bayi. 
Expulsion: segera setelah external rotation, bahu anterior terlihat dibawah simfisis pubis dan perineum terdesak oleh bahu posterior. Setelah bahu lahir, bagian tubuh lain akan dengan cepat ikut lahir. Pada pelahiran bahu ini, penolong persalinan melakukan traksi dengan kuat dan gentle ke arah bawah dan kemudian setelah bahu anterior lahir lalu dilakukan traksi ke atas untuk melahirkan bahu posterior. 

Dan tahukah teman-teman pembaca, cardinal movements ini dapat berlangsung spontan tanpa perlu kita bantu lho! Tanpa ada yang mengajari si bayi, ia dengan sendirinya melakukan gerakan tersebut secara natural. Karena walaupun di masa lalu teknik persalinan belum semaju sekarang, tapi tentu sejak awal cara melahirkan manusia, caranya akan begitu-begitu saja. Di sinilah letak Kuasa ï·² yang ditunjukkan dalam proses persalinan. Kelahiran spontan bayi tidak akan dapat terjadi jika ï·² tidak mengizinkan bayi mengalami cardinal movements. Contohnya seperti pada kelainan-kelainan seperti malpresentasi, malposisi, distosia (tersangkutnya) bahu, dan lain-lain. 

Namanya juga kelainan, berarti ada gangguan pada 3P-nya. Power, mungkin kontraksi hisnya tidak adekuat, passage, jalan lahirnya yang sempit, dan atau passanger, mungkin bayinya besar atau tersangkut tali pusat sehingga hal-hal ini yang menyebabkan terjadinya distosia persalinan. Ini juga bagian dari kehendak ï·² yang memberikan “ujian” untuk hambaNya. Dan pada bagian inilah tugas kita manusia untuk melakukan proses berpikir, sehingga lahirlah teknik-teknik persalinan kekinian, dari manuver Ritgen yang sederhana hingga persalinan dengan caesarean section. Jika ï·² tidak memberikan “ujian”, ilmu kedokteran tidak akan mungkin berkembang sejauh ini, bukan?

Selanjutnya kita perlu mengetahui tanda-tanda kala II. Kala II sendiri dimulai setelah pembukaan portio lengkap (10 cm) dan selesai ketika bayi selesai dilahirkan ke dunia. Lamanya diperkirakan 50 menit untuk nulipara dan sekitar 20 menit untuk nulipara. Tanda kala II yang bisa kita perhatikan hanya dengan melihat yaitu (1) ketika ibu ingin mengejan, (2) ketika ibu merasa tekanan semakin meningkat pada rektum dan atau vaginanya, (3) menonjolnya perineum (area diantara vagina dan anus), dan (4) vulva-vagina serta anus membuka. Jika sudah menemukan tanda-tanda ini, kita bisa mulai melakukan asuhan persalinan (y). 

***

Setelah paham beberapa teori persalinan di atas, kita juga perlu mengetahui 58 langkah asuhan persalinan normal (APN) yang sebelumnnya berjumlah 60 (banyak ya.. tapi gapapa, ketika dikerjakan akan terasa sedikit kok hehehe). Untuk tulisan kali ini mungkin saya cukupkan sampai sini dulu, berhubung saya sudah mengantuk dan lagi pusing pala berbi, hahaha. Cerita menolong persalinan 6 orang yang saya singgung di atas, bersambung ke tulisan berikutnya yaa, insyaaAllah :D. Wassalam, temans!

Batusangkar, 14 Juni 2015
Ditulis sambil menikmati istirahat malam post-dinas 

Referensi 
- Prawirohardjo, Sarwono, dkk., 2010. Ilmu Kebidanan. Edisi ke-4. Jakarta: Bina Pustaka
- Cunningham, et al., 2014. Williams Obstetrics. 24 ed. New York: McGraw-Hill Education

Saturday, 6 June 2015

Pengalaman Pertama Part 2: Obstetri dan Ginekologi

Bismillaahirrahmaanirrahiim.

Sesuai dengan judulnya, tulisan ini menceritakan pengalaman pribadi gw di siklus obstetri dan ginekologi, atau kebidanan dan kandungan. Ilmu yang cukup sensitif, karena ilmu ini mempelajari semua yang berhubungan dengan kewanitaan, mulai dari kehamilan, persalinan, hingga bagian terdalam seorang wanita. Pengalaman serba pertama, di siklus besar/mayor pertama di kepaniteraan klinik FK Unand :)

Disclaimer: siapkan kamus kedokteran di samping teman-teman jika bingung dengan berbagai istilah aneh yang akan ditemukan pada paragraf setelah ini. Hohoho

***

Di siklus ini, pertama kalinya gw
masuk ke Instalasi Bedah Sentral (kamar operasi). Dengan set pakaian dinas berwarna merah berukir benang emas bertuliskan Jolatuvel Bahana, S.Ked. dengan kata dokter muda di bawahnya. Pertama kali menyaksikan operasi secara langsung, melihat pengangkatan rahim (histerektomi) atas indikasi hiperplasia endometrium. Ketika rahim pasien dibelah, didapatkan ada massa myoma uterus submukosa dan terlihat dinding endometrium yang tebal.

Di siklus ini, pertama kalinya gw… 
melihat pasien yang meninggal tepat di depan gw. Dengan tensimeter gw terpasang di lengan pasien tersebut. Innalillahi wa inna ilaihi raaji’uun. Pasien tersebut keadaan umumnya buruk, dan ketika itu mengalami sesak napas. Pasien dipasangkan oksigen dengan NRM mask, namun sesaat kemudian ia memuntahkan cairan lambung dalam jumlah banyak. Aspirasi cairan lambung, itu kemungkinan penyebab kematiannya. Kejadian yang akan selalu menjadi pengingat diri bahwa kehidupan di dunia hanyalah sementara, dan profesi yang berhubungan erat dengan nyawa ini tidak dapat menjanjikan kecuali melakukan usaha yang terbaik semampunya, dan ï·² lah Yang Maha Berkehendak. 

Di siklus ini, pertama kalinya gw… 
melakukan dinas malam. Pengalaman pertama terjaga sepanjang malam untuk melakukan kontrol intensif pasien yang dirawat di bagian obgin. Baik itu tekanan darah, terutama pada ibu hamil dengan gangguan hipertensi seperti hipertensi gestasional maupun pre eklampsia. Juga memperhatikan denyut jantung janin dengan Cardiotocograph (CTG). Menunggu pasien yang sedang di transfusi darah dan atau obat-obatan lain yang butuh monitoring rutin.

Di siklus ini, pertama kalinya gw
melakukan pemeriksaan luar dan pemeriksaan dalam langsung pada pasien hamil beneran. Karena ketika belajar di kampus, hanya dilakukan kepada manekin. Awalnya tentu grogi. Tapi karena ini bagian yang sensitif untuk perempuan, maka setiap pemeriksaan perlu ada keluarga atau perawat wanita yang menemani. Dan jangan lupa informed consent. Tanpa informed consent, pasien bisa saja melaporkan dokter/pemeriksa ke pihak yang berwenang. Apalagi pada masa ini para dokter merupakan “favorit” orang hukum, hahaha.

Di siklus ini, pertama kalinya gw… 
pergi dinas ke daerah. Daerah tujuan gw kali pertama ini adalah Batusangkar. Tepatnya, RSUD MA Hanafiah. Hanya bertiga (kesemuanya laki-laki), dengan seorang residen PPDS Obgin. Beruntung, para perawat dan bidan yang bertugas di rumah sakit ini cukup ramah kepada kami. Dan hanya dua hari berselang, pada Jumat sore harinya, gw harus kembali ke Padang karena keesokannya pada tanggal 30 Mei 2015 adalah jadwal Wisuda II Universitas Andalas Tahun 2015. Alhamdulillah :). Melepas rindu dengan kedua orangtua walau hanya 3 hari lamanya, sudah cukup untuk me-recharge semangat untuk perjalanan selanjutnya, hehehe.
Wisuda 30 Mei 2015

Tempat Dinas :D

Di siklus ini, pertama kalinya gw… 
melakukan pelayanan di Poliklinik RSUD MA Hanafiah. Apa saja yang gw kerjakan? Mengukur tanda-tanda vital seperti tekanan darah, nadi, pernafasan. Kemudian menimbang berat badan pasien, mengukur bagian fundus rahim (fundus uteri), dan mencatat denyut jantung janin dengan Doppler (versi portable CTG tanpa fitur untuk merekamnya di kertas). Disini gw juga melakukan pemeriksaan Leopold (kalau penasaran apa itu Leopold, tanya om Google yaa ^^) untuk menentukan letak, posisi, dan presentasi janin. Hal yang keren di pelayanan poliklinik ini yaitu: gw bisa melakukan USG pada pasien! Tau USG kan? Iya, alat pencitraan keren dengan ultrasound yang bisa digunakan untuk melihat bayi di dalam kandungan lho! (maaf norak, maklum, ada mainan baru, hahaha). Tuh, gambarnya di sebelah.

Nih: CTG di kanan, Doppler di kiri
Di siklus ini, pertama kalinya gw… 
melakukan kuretase (tentu di bawah supervisi) kepada pasien yang mengalami keguguran. Keguguran sendiri merupakan terminasi kehamilan (spontan atau disengaja) yang terjadi ketika usia kehamilan < 20 minggu atau berat janin < 500 gram. Kondisi keguguran dapat berbahaya bagi pasien apabila yang ia alami adalah incomplete abortion (tidak lengkap), karena plasenta yang tertinggal dapat menyebabkan perdarahan terus-menerus. Kuretase merupakan tindakan untuk mengeluarkan jaringan sisa konsepsi yang tertinggal dalam rahim dengan sendok kuret.

Di siklus ini, pertama kalinya gw… 
menjadi asisten (yah, walau sejauh ini baru menjadi asisten 2 dengan tugas: memegang retractor, melakukan suction, men-dep luka, dan menggunting benang) dalam operasi cesarean section. Yap, persalinan melalui perut ;). Perut pasien dibuka pada garis pertengahan pusat, dilakukan insisi pada segmen bawah rahim (SBR), dan bayi dilahirkan dengan cara yang persis seperti persalinan normal. Bedanya, satu lewat organ kelamin pasien, satu lewat perut. Begitu bayi keluar, dibersihkanlah jalan napas dari si bayi, untuk kemudian diserahkan kepada bagian perinatologi untuk dilakukan pengukuran berat dan panjang badan, serta menghitung Apgar score (untuk mengevaluasi kondisi bayi).

Di siklus ini, pertama kalinya gw… 
melakukan asuhan persalinan normal (APN). Iya, memimpin persalinan pasien yang sudah masuk kala II. Kala II itu… kala ketika pembukaan leher rahim (serviks) pasien sudah lengkap (membuka 10 cm) dan bayi siap untuk dilahirkan. Pengalaman yang membahagiakan. ï·² memberikan gw kesempatan menjadi perantara lahirnya bayi laki-laki dengan berat badan 3.220 gram dan panjang badan 50 cm secara spontan tepat pukul 00.22 pagi hari. Ketika itu padahal bukan jadwal dinas malam gw, namun pas ketika itu yang seharusnya dinas pergi keluar sebentar. Rezeki memang tidak kemana. Pertama kali gw memimpin APN ketika jadwal dinas orang lain, hahaha. Pengalaman gw melakukan APN-APN selama di siklus ini berlanjut di cerita berikutnya ya ^^.

***

Sekian cerita pengalaman pertama di siklus besar pertama gw di obgin. Sebenarnya masih banyak cerita-cerita serba pertama lainnya di siklus ini.. Tapi satu hal yang pasti. Di siklus obgin ini, bagi yang memiliki hati, pasti akan semakin dan semakin cinta kepada ibunya. Melihat bagaimana sakitnya pasien menahan kontraksi ketika melahirkan normal saja sudah membuat ngilu. Betapa payahnya membawa janin kemana-mana dalam perutnya selama 9 bulan, yang merupakan “parasit” bagi tubuhnya dengan penuh cinta dan kasih sayang. Karena begitu hebatnya rasa sakit ketika bersalin, bahkan digunting pun vaginanya (untuk episiotomi, dilebarkan jalan lahirnya) tidak akan terasa. Sampai segitunya. MasyaaAllah. Jika sudah menyaksikan dengan mata kepala sendiri bagaimana proses persalinan yang “menyakitkan” itu, masih sanggupkah kamu melawan ibumu? :)

Batusangkar, 6 Juni 2015

Sunday, 24 May 2015

Katanya... Kata Siapa? [Mitos Si Pemanggil]

Photo credit: @duniacoass

Katanya si A itu pembawa pasien…
Katanya kalau si B yang dinas, IGD pasti rame…
Katanya kalau C sama D duet, seharian jaga bakal sepi nih…

Katanya…
Katanya…
Katanya…

***

Pernah mendengar kata-kata di atas? Teman-teman yang pernah bekerja di rumah sakit mungkin sering mendengar kata-kata tersebut. Dan ternyata, di salah satu bagian tertentu RS di Pulau S ternyata ada oknum yang mempercayai hal-hal demikian. Oknum ya, jadi jangan di generalisir :p. Kok bisa ya?

Budaya. Sama halnya dengan berbagai mitos yang beredar di masyarakat. Kenapa sampai sekarang di masa kemajuan ilmu pengetahuan seperti ini, hal-hal irasional seperti mitos masih ada? Jawabannya adalah karena sudah membudaya, sudah menjadi hal yang biasa dan dianggap lazim oleh masyarakat. Mirisnya lagi, budaya mempercayai mitos juga tumbuh di kalangan masyarakat yang (katanya) muslim. Parahnya lagi, para sarjana yang (katanya) beragama Islam pun bisa percaya!

Kenapa gw garisbawahi muslim dan Islam? Karena sesungguhnya muslim yang baik dan memang mengenal agamanya (Islam) dengan benar harusnya tahu bahwa Islam adalah agama yang rasional!

“Dan Dia menundukkan apa yang ada di langit dan apa yang di bumi untukmu semuanya, (sebagai rahmat) dariNya. Sungguh, dalam hal yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berpikir”
-Al Jaatsiyah 45:13

“...Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan”
-Al Baqarah 2:164

Selain ayat-ayat di atas, akan kita temukan banyak lagi seruan-seruan dalam Alquran agar kita senantiasa berpikir, teman-teman. Mari kita telaah salah satu kalimat pembuka tadi dengan pikiran yang rasional:
“Katanya kalau si B yang dinas, IGD pasti rame…”

Kalimat ini menunjukkan hubungan kausalitas (sebab-akibat), sehingga apabila B (variabel independen) dinas di suatu waktu, maka ia akan mempengaruhi keramaian IGD (variabel dependen). Kalimat ini bisa bermakna jika seseorang yang mengatakan ini (atau yang mempercayai ini), memang melakukan observasi, dan menuangkannya dalam hasil penelitian dengan metodologi yang dapat dipertanggung jawabkan. Misalnya ia menggunakan Uji T, dan mendapatkan taraf signifikansi < 0,05, maka ia benar menyatakan adanya pengaruh yang signifikan antara kehadiran B dengan ramainya IGD. Belum lagi mempertimbangkan faktor eksklusi apakah dikatakan “rame” itu “rame” dengan pasien, atau dengan non-pasien. Jika orang itu tidak melakukan observasi, bagaimana mungkin ia bisa menyatakan kehadiran B “membawa pasien”?

Kalau sekadar ia melihat di satu hari, B datang, dan IGD ramai, lalu dengan pede mengatakan B “membawa pasien” dan tidak mau dinas bersama B, jelas itu asumsi irasional karena ia tidak mempertimbangkan kondisi ketika B datang dan ternyata IGD sepi. Ingat, Islam agama yang rasional. Jika sekadar asumsi irasional seperti kalimat di atas, berhati-hatilah, karena orang tersebut bisa terjebak dalam “thiyarah” karena “tathayyur”. Dan kedua hal ini merupakan suatu kesyirikan. Hati-hati, bung!

Apa itu tathayyur dan thiyarah? Al-Qarafi rahimahullah membedakan makna kedua lafaz tersebut. Beliau rahimahullah berkata: “Tathayyur adalah persangkaan jelek yang muncul dalam hati. sedangkan thiyarah adalah perbuatan yang dilakukan sebagai sebagai akibat dari persangkaan itu, yaitu larinya dia dari urusan yang akan dilakukan atau perbuatan yang lain.” Jadi seseorang memiliki persangkaan jelek terhadap keberadaan si B yang dianggap “membawa pasien” sehingga dia diusir/tidak diperbolehkan berada di IGD. Atau bahasa mudahnya, tathayyur adalah “menuduh” seseorang/sesuatu sebagai sebab suatu peristiwa, tanpa dapat menunjukkan landasan ilmiah hubungan sebab-akibat antara keduanya. Pamali, kata orang Indonesia.

Poin utama kenapa gw menuliskan hal ini adalah, karena thiyarah dan tathayyur adalah perbuatan syirik! Rasulullah sendiri yang mengatakan lho.. Telah diriwayatkan dari ‘Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu anhuma, ia berkata: “Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

“Barangsiapa mengurungkan niatnya karena thiyarah, maka ia telah berbuat syirik. Para Sahabat bertanya: ‘Lalu apa tebusannya?’ Beliau menjawab: ‘Hendaklah ia mengucapkan: Ya Allah, tiada kebaikan kecuali kebaikan dari Engkau, tiadalah burung itu (yang dijadikan objek tathayyur) melainkan makhluk-Mu dan tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Engkau.’”

Ibnul Qayyim rahimahullah menuturkan: “Orang yang ber-tathayyur itu tersiksa jiwanya, sempit dadanya, tidak pernah tenang, buruk akhlaknya, dan mudah terpengaruh oleh apa yang dilihat dan didengarnya. Mereka menjadi orang yang paling penakut, paling sempit hidupnya dan paling gelisah jiwanya. Banyak memelihara dan menjaga hal-hal yang tidak memberi manfaat dan mudharat kepadanya, tidak sedikit dari mereka yang kehilangan peluang dan kesempatan.”

Thiyarah termasuk syirik yang menafikan kesempurnaan tauhid, karena ia berasal dari apa yang disampaikan setaan berupa godaan dan bisikannya. Rasulullah bersabda: “Thiyarah itu syirik, thiyarah itu syirik, thiyarah itu syirik dan setiap orang pasti (pernah terlintas dalam hatinya sesuatu dari hal ini). Hanya saja Allah menghilangkannya dengan tawakkal kepada-Nya.”

Mungkin teman-teman ada yang beranggapan “yaelah jol, santai aje kali. Namanya juga becandaan. Selo bro.” Tapi maaf bro, nabi kita sudah mengingatkan kita akan hal itu, dan ngomongin hal ini, gw sensitif kalo becandaannya udah nyerempet ke akidah. Lo tau kan, syirik itu dosa besar?”

***

Tapi…

Kalau si B itu mendorong kursi roda pasien ke IGD, atau menyetir mobil ambulan yang berisi pasien pasca kecelakaan lalu-lintas, baru itu boleh dikatakan si B memang “pembawa pasien”, hahaha ;).

Wallahu a’lam bishshawab

Padang, 24 Mei 2015


Referensi:
- Alquran.
- Muhammad, A. 2004. Tafsir Ibnu Katsir. (alih bahasa oleh Ghoffar, MA., Mu’thi, A., Al-Atsari, AI). Bogor: Pustaka Imam Syafi’i
- Sastroasmoro, S. & Ismael, S., 2011. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi ke-4 ed. Jakarta: Sagung Seto
- http://al-atsariyyah.com/1655.html
- http://almanhaj.or.id/content/2397/slash/0/hukum-thiyarah-tathayyur-menganggap-sial-karena-sesuatu/
- http://elhijrah.blogspot.com/2012/01/penjelasan-tentang-makna-thiyarah-dan.html
- http://www.statistikian.com/2012/07/jenis-data-dan-pemilihan-analisis.html