Tuesday, 4 April 2017

Surgical Skills Series: Skin Closure part I

Oke. Kali ini saya ingin berbagi mengenai cara menutup luka. Menutup luka dalam artian bukan ada luka terbuka kemudian ditutup pakai kain atau kertas koran ya, bukan. Menutup luka bisa dengan beberapa cara, selain dengan menjahitnya, juga dapat menggunakan skin adhesive strips, lem jaringan, atau staples (jangan pikirkan stapler kertas ya, beda).Ini contoh-contohnya:

Skin adhesive film

Tissue glue
Staples - Stapler gun

Pada postingan kali ini, saya ingin memperlihatkan video teknik menjahit luka yang paling dasar dan paling sering digunakan dokter umum. Yaitu simple interupted suture. Sebelum melihat videonya, mungkin saya mencoba menjawab beberapa pertanyaan yang sering daitanyakan pasien. Teman-teman pasti pernah bertanya kan kapan jahitan dilepas? Kenapa jahitan tidak boleh terkena air? Luka dibiarkan terbuka atau tertutup?

Pertama, kapan jahitan dilepas itu disesuaikan dengan lokasi penjahitan luka. Prinsipnya, daerah yang banyak pembuluh darah (seperti wajah) lebih cepat dilepas dibanding perifer seperti tangan dan kaki, Lalu daerah persendian atau yang sering bergerak akan cenderung lebih lama.

Waktu pelepasan benang jahit2

Kedua, kenapa tidak boleh kena air, karena benang akan menyerap air tersebut dan menjadi media yang baik untuk pertumbuhan bakteri, sehingga bisa menimbulkan infeksi luka jahitan. Karena itu ganti perban perlu rutin maksimal pada hari ketiga atau keempat setelah operasi (tindakan). Kassa penutup luka harus diganti lebih awal jika basah.3 Penggantian kassa atau perban harus dengan teknik aseptik (berarti, harus cuci tangan dulu, perlu sarung tangan untuk kontak dengan luka)

Luka dibiarkan terbuka atau tertutup? Luka bedah yang selesai dijahit biasanya ditutup agar terlindung dari infeksi, tidak tergaruk oleh pasien, dan cairan luka yang keluar terserap. Luka yang ditutup primer dan kering lebih baik dibiarkan terbuka, tetapi umumnya secara psikologis kurang berkenan bagi penderita maupun keluarganya.3

Kembali ke topik teknik jahitan: simple interrupted suture, atau jahitan simpul tunggal, adalah jahitan satu-satu yang paling banyak digunakan dan merupakan jahitan baku. Keuntungan teknik ini adalah kegagalan satu jahitan tidak mempengaruhi seluruh jahitan. Bila terjadi infeksi, cukup dibuka jahitan pada tempat yang terinfeksi saja.3

Karena ini jahitan paling dasar, maka pengalaman penulis sendiri biasa menjahit pasien dengan luka-luka minor pada ekstrimitas, wajah, dan tempat lain dengan teknik ini. Namun tentu ukuran benangnya perlu disesuaikan, misalnya pada wajah bisa menggunakan benang ukuran 5/0 atau 6/0 (semakin besar angkanya, semakin kecil ukuran benang). Tantangan dalam menjahit luka selain dari bentuk dan kedalaman luka, juga berdiri tegak yang ergonomis dalam waktu lama 💪💪💪. Mari kita perhatikan dan pelajari teknik jahitan simpul tunggal ini:

 

Terimakasih telah berkunjung, semoga postingan ini bermanfaat :)

Referensi:
1. Williams NS, Bulstrode CJK, O'Connell PR. 2013. Bailey & Love's Short Practice of Surgery. 26th edition. Boca Raton: CRC Press
2. Capellan O, Hollander JE. 2003. Management of laceration in the emergency department. Emerg Med Clin N Am. 21:205-31
3. Sjamsuhidajat R, Karnadihardja W, Prasetyono TOH, Rudiman R. 2011. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 3. Jakarta: EGC

Akhir Perjalanan..

Assalamu'alaykum sobat!

Sudah 1 tahun lebih rupanya saya tidak mengisi ruang dalam hati blog tercinta ini. Menjadi dokter muda cukup menyita waktu guys (sebenernya karena rasa malas mengalahkan segalanya sih, hahah).


Alhamdulillah, terhitung tanggal 6 April 2015 saya memulai perjalanan dokter muda saya dalam stase IKM (Ilmu Kesehatan Masyarakat), dan menutup perjalanan ini pada tanggal 1 April 2017. Lama ya, 2 tahun kurang 5 hari, hahaha. Uniknya, jika saya mengawali pengalaman dokter muda di Puskesmas Ambacang Kuranji, pengalaman ini diakhiri di Puskesmas Alai. Pada tanggal 1 April itulah saya terakhir memakai baju dokter muda keramat seperti gambar di bawah ini:



Nah, 8 orang di atas adalah orang yang menemani 2 bulan terakhir saya di 2 Puskesmas, Puskesmas pertama yaitu Puskesmas Air Dingin, dan Puskesmas kedua yang sudah disebut di atas tadi, Puskesmas Alai (pakai I ya, bukan pakai Y). Dari 9 orang ini, satu hal yang pasti, orang yang berada di kanan tengah masih available ya, wkwkwk. Untuk availability ketujuh orang lainnya, silahkan personal message saya langsung ya (tenang, ane agen jodoh yang sangat tidak terpercaya kok). Kok 7 jol? Karena alhamdulillah, sesepuh kami, neng yang ada di pojok kiri atas, she'll getting married soon this month! Kuy fellow blogwalker dimari mendoakan semoga kakak kami satu ini pernikahannya agar sakinah, mawaddah, warahmah :)

Jadi, kenapa sampai 2 kali berada di puskesmas? Jadi gini, jika pada kali pertama, kami berada di puskesmas lebih ke bagaimana kami belajar mengelola puskesmas, membuat perencanaan (plan of action) terkait masalah-masalah yang kami temukan di puskesmas. Ilmu kesehatan masyarakat banget deh, hahaha. Kami disibukkan dengan angka-angka dan data-data, udah kayak skripsi.. Nah, di kali kedua, kegiatan ini dinamakan Rotasi II (Rotasi I adalah semua stase di rumah sakit). Kami memang ditugaskan langsung membantu pelayanan puskesmas. Ibaratnya test drive sebelum melayani pasien ketika gelar dokter sudah didapat. Melayani ternyata menyenangkan lho (kalau pasiennya kooperatif sih). Kalau pasiennya marah-marah, ya aku bisa apa 😅😅. Terkadang pasien datang hanya untuk minta rujukan, padahal sakitnya menurut assessment kami bisa ditangani di puskesmas, baik hingga tuntas atau cukup penanganan awalnya, which means itu sakit mereka either kompetensi 4A atau 3A atau 3B. Angka-angka apa ini jol? InsyaaAllah akan saya bahas di tulisan-tulisan kemudian hehehe.

Berarti udah kayak dokter dong? Mirip-mirip lah, kami periksa pasien, meresepkan obat, melakukan tindakan seperti menjahit, ekstraksi benda asing, injeksi obat, dan banyak hal lain (tentu semuanya dengan supervisi ya). Dan kalian tahu apa yang paling menyenangkan dari semua itu? Yaitu ketika mendengar pasien mengucapkan "terimakasih, dok". Rasanya itu lho.. Bahagia sekali. (hiperbola dikit boleh lah ya, hehe). Pernah satu waktu saya mendapat pasien seorang anak perempuan dengan benda asing berupa peluru pistol mainan warna kuning. Pasien awalnya tenang, pas saya dekati dia langsung menangis 😔 (memang ga cocok jadi spesialis anak). Setelah berbagai manuver dicoba (karena pasiennya bergerak-gerak takut dengan alat yang saya pegang), akhirnya bergulir keluar lah peluru mainan itu. Tapi tetap saja anaknya ngambek sama saya, saya lambaikan tangan dia acuhkan, hahaha.

Anyway, walau judul post ini "Akhir Perjalanan", perjalanan menuju dokter masih belum berakhir sebenarnya. Lebih tepatnya sih Akhir Perjalanan Baju Dokter Muda, hahaha. Kami bersembilan, beserta rekan-rekan kami Pejuang Tangguh UKMPPD Mei 2017 akan berjibaku dalam ujian CBT (Computer-based Test) dan OSCE (Objective Structured Clinical Examination) yang sebentar lagi menghampiri kami. Mohon doanya ya guys! Semoga kami semua ONE-SHOT. Ketik 'aamiin', like dan share (gausah ketik aamiin beneran ya, becanda doang kok. :P. doakan saja kami dalam hati👌) .

Berhubung perjalanan ini sudah mencapai ujung, tag #PerjalananDokterMuda sudah tidak relevan lagi, jadi untuk postingan kedepan akan diperbaharui menjadi #NostalgiaDokterMuda ya, hahaha (info penting pake banget). Rencananya karena pengangguran banyak waktu senggang sambil menunggu ujian, internship, dan kegiatan menunggu lainnya, saya akan coba menulis 144 penyakit yang kompetensi dokter umum deh, itu lho, yang ada disebut-sebut 4A di atas. Semoga bisa terealisasi 💪.

Snelli, here I come!