Menegangkan, membahagiakan :)! Seperti yang saya ceritakan dalam tulisan sebelum ini, iya, yang ini, Alhamdulillah saya mendapat kesempatan untuk melakukan asuhan persalinan, dari yang normal hingga yang perlu dengan alat. Setidaknya saya sudah terlibat langsung dalam 6 asuhan persalinan dan beberapa kali menjadi penonton ketika senior saya yang sedang membantu (kami dinas di Batusangkar bertiga, ingat kan? ^^). Sebelum berlanjut dalam cerita tentang pengalaman saya membantu persalinan, kita pahami terlebih dahulu yuk mengenai fisiologi persalinan ;).
***
Sebelum kita melakukan asuhan persalinan, kita harus tahu bagaimana perubahan posisi bayi ketika persalinan dengan bantuan navigasi dari arah sutura sagital dan ubun-ubun kecil atau besar (fontanel), bidang khayal panggul (Hodge I sampai IV) dan tanda-tanda kala II (ketika bukaan lengkap 10 cm). Presentasi normal kepala bayi ketika memasuki rongga pelvis presentasi belakang kepala, dengan posisi ubun-ubun kecil kiri/kanan depan (UUK ki/ka-dep) atau left/right occiput anterior (L/R-OA), atau UUK kiri/kanan melintang. UUK kidep artinya ketika kita raba (obstetric vaginal touche) maka UUK yang berbentuk lekuk segitiga akan terasa disebelah kiri depan (kiri ibu, dan depan ibu/anterior). Mekanisme persalinan semua presentasi ini biasanya sama. Jika kita raba dan kita dapati UUB, maka itu dikatakan malposisi. Logikanya, dengan posisi UUB maka kepala janin agak ekstensi, sehingga diameter yang harus melewati panggul bertambah (kemungkinan persalinan macet). Perubahan posisi bayi mengikuti tahapan yang disebut seven cardinal movements pada persalinan:
Engagement: tahapan ketika diameter transversal terbesar kepala janin (diameter biparietal, jarak antar sisi kira-kanan kepala bayi) berhasil melewati pintu atas panggul (PAP). Sesuai paragraf diatas, normalnya sutura sagitalis masuk secara melintang atau oblik (pada UUK ka/ki-dep), jarang mengarah secara anteroposterior. Pada tahap engagement ini, kita perlu menilai posisi sutura sagital dengan bidang PAP. Jika sutura tepat ditengah promontorium dan simfisis, dikatakan sinklitismus. Namun jika sutura sagitalis lebih dekat ke promontorium (teraba tulang parietal anterior lebih banyak), dikatakan asinklitismus anterior. Jika lebih dekat ke simfisis, dikatakan asinklitismus posterior (dalam kondisi ekstrem dapat teraba telinga posterior).
Descent: tahapan penurunan kepala. Pada nulipara (persalinan pertama), engagement terjadi sebelum penurunan kepala yang biasanya baru dimulai ketika awal kala II. Namun pada multipara, engagement dan penurunan kepala terjadi bersamaan. Penurunan dapat terjadi karena 4 gaya: (1) tekanan cairan amnion, (2) tekanan akibat kontraksi his, (3), tekanan abdominal dari usaha mengejan ibu, dan (4) ekstensi dan pelurusan badan bayi.
Flexion: kepala bayi memasuki Hodge III (bidang khayal sejajar PAP setinggi spina iskiadika. Nah, karena ada penonjolan, di bidang inilah didapatkan diameter terkecil dari rongga panggul). Untuk itu, bayi perlu melakukan fleksi, dagu bayi mendekati toraks, sehingga diameter terbawah (dari diameter anteroposterior menjadi suboksipitobregmatik) janin mengecil menjadi ± 9,5 cm.
Internal rotation: putaran paksi dalam sehingga posisi UUK berada tepat di bawah simfisis pubis. Hal ini dikarenakan diameter terlebar pada pintu bawah panggul terdapat dari depan ke belakang (anteroposterior).
Extension: setelah kepala bayi yang sedang fleksi mencapai vulva dan terjadi ekstensi kepala. Vektor resultan dari kontraksi his dan tekanan abdominal ke arah bawah dengan tahanan dasar pelvis ke arah atas menyebabkan ekstensi kepala mengarah keluar vulva. Dengan distensi progresif dari perineum dan bukaan vagina, lahir belakang kepala, kemudian akan terjadi crowning yaitu nampak diameter terbesar kepala janin keluar dari vulva disusul bregma, dahi, hidung, mulut, hingga dagu.
External rotation: putaran paksi luar. kepala berputar sesuai dengan posisi punggung ketika masih di dalam. Hal ini juga untuk mengakomodasi diameter bisakromial (diameter antar bahu) kembali menyesuaikan dengan diameter anteroposterior pintu bawah panggul agar dapat keluar. Pada asuhan persalinan, eksternal rotasi bisa dibantu dengan kedua tangan penolong memutar kepala bayi.
Expulsion: segera setelah external rotation, bahu anterior terlihat dibawah simfisis pubis dan perineum terdesak oleh bahu posterior. Setelah bahu lahir, bagian tubuh lain akan dengan cepat ikut lahir. Pada pelahiran bahu ini, penolong persalinan melakukan traksi dengan kuat dan gentle ke arah bawah dan kemudian setelah bahu anterior lahir lalu dilakukan traksi ke atas untuk melahirkan bahu posterior.
Dan tahukah teman-teman pembaca, cardinal movements ini dapat berlangsung spontan tanpa perlu kita bantu lho! Tanpa ada yang mengajari si bayi, ia dengan sendirinya melakukan gerakan tersebut secara natural. Karena walaupun di masa lalu teknik persalinan belum semaju sekarang, tapi tentu sejak awal cara melahirkan manusia, caranya akan begitu-begitu saja. Di sinilah letak Kuasa ﷲ yang ditunjukkan dalam proses persalinan. Kelahiran spontan bayi tidak akan dapat terjadi jika ﷲ tidak mengizinkan bayi mengalami cardinal movements. Contohnya seperti pada kelainan-kelainan seperti malpresentasi, malposisi, distosia (tersangkutnya) bahu, dan lain-lain.
Namanya juga kelainan, berarti ada gangguan pada 3P-nya. Power, mungkin kontraksi hisnya tidak adekuat, passage, jalan lahirnya yang sempit, dan atau passanger, mungkin bayinya besar atau tersangkut tali pusat sehingga hal-hal ini yang menyebabkan terjadinya distosia persalinan. Ini juga bagian dari kehendak ﷲ yang memberikan “ujian” untuk hambaNya. Dan pada bagian inilah tugas kita manusia untuk melakukan proses berpikir, sehingga lahirlah teknik-teknik persalinan kekinian, dari manuver Ritgen yang sederhana hingga persalinan dengan caesarean section. Jika ﷲ tidak memberikan “ujian”, ilmu kedokteran tidak akan mungkin berkembang sejauh ini, bukan?
Selanjutnya kita perlu mengetahui tanda-tanda kala II. Kala II sendiri dimulai setelah pembukaan portio lengkap (10 cm) dan selesai ketika bayi selesai dilahirkan ke dunia. Lamanya diperkirakan 50 menit untuk nulipara dan sekitar 20 menit untuk nulipara. Tanda kala II yang bisa kita perhatikan hanya dengan melihat yaitu (1) ketika ibu ingin mengejan, (2) ketika ibu merasa tekanan semakin meningkat pada rektum dan atau vaginanya, (3) menonjolnya perineum (area diantara vagina dan anus), dan (4) vulva-vagina serta anus membuka. Jika sudah menemukan tanda-tanda ini, kita bisa mulai melakukan asuhan persalinan (y).
***
Setelah paham beberapa teori persalinan di atas, kita juga perlu mengetahui 58 langkah asuhan persalinan normal (APN) yang sebelumnnya berjumlah 60 (banyak ya.. tapi gapapa, ketika dikerjakan akan terasa sedikit kok hehehe). Untuk tulisan kali ini mungkin saya cukupkan sampai sini dulu, berhubung saya sudah mengantuk dan lagi pusing pala berbi, hahaha. Cerita menolong persalinan 6 orang yang saya singgung di atas, bersambung ke tulisan berikutnya yaa, insyaaAllah :D. Wassalam, temans!
Batusangkar, 14 Juni 2015
Ditulis sambil menikmati istirahat malam post-dinas
Referensi
- Prawirohardjo, Sarwono, dkk., 2010. Ilmu Kebidanan. Edisi ke-4. Jakarta: Bina Pustaka
- Cunningham, et al., 2014. Williams Obstetrics. 24 ed. New York: McGraw-Hill Education